Jumat, 19 Februari 2010

Indonesia, Go Open Source! (IGOS)

Indonesia, Go Open Source! (IGOS)
Menigkatkan inovasi dan kreativitas bersama Indonesia, Go Open Source!

Semangat nasional dalam rangka memperkuat sistem teknologi informasi melalui pengembangan dan pemanfaatan Open Source Software (OSS) dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi global.

Inisiasi pemerintah yang didukung oleh institusi pendidikan, dunia bisnis dan komunitas untuk memanfaatkan OSS sebagai platform aplikasi piranti lunak di Indonesia yang diterjemahkan dalam program nasional untuk memperkuat infrastruktur teknologi informasi nasional.

A.Latar Belakang

1. Open Source Software (OSS) merupakan salah satu isue global tentang Information Communication and Technology (ICT).
2. Berlakunya undang-undang Hak Kekayaan Intelektual (HKI), dimana diperlukan suatu tindakan nyata pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi meningkatnya penggunaan perangkat lunak yang tidak legal.
3. Adanya kesenjangan teknologi informasi antara negara berkembang dengan negara maju serta antar daerah, dimana Open Source Software (OSS) merupakan salah satu solusi sesuai dengan:
• Kesepakatan World Summit on the Information Society (WSIS), Desember 2003 - pemerintah bersama swasta bekerja sama dalam pengembangan OSS dan free software.
• Hasil kajian The United Nation Conference on Trade Development (UNCTAD) tahun 2003 - negara berkembang direkomendasikan untuk mengadopsi Free OSS.

B. Manfaat
B.1 .Masyarakat Pengguna:
1. Memberikan pilihan perangkat lunak yang terjangkau;
2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang teknologi informasi;
3. Memperkecial kesenjangan teknologi informasi;
4. Meningkatkan akses informasi masyarakat;
5. Meningkatkan kreativitas dalam mengembangkan dan memanfaatkan teknologi informasi (kreativitas tidak dibatasi oleh software yang ada).

B.2 .Industri pengembang :
1. Meningkatkan pengembangan industri perangkat lunak nasional;
2. Biaya rendah dalam memasuki industri perangkat lunak;
3. Mengembangkan kemampuan sumber daya manusia bidang teknologi informasi;
4. Pemindahan paradigma dari “IT import” ke “IT export”.

B.3. Pemerintah:
1. Memperkecil biaya dan menghemat devisa dalam pembelian perangkat lunak;
2. Menumbuhkan industri perangkat lunak dalam negeri sehingga dapat meningkakan inovasi bidang teknologi informasi;
3. Memberi peluang untuk pengembangan perankat lunak dalam permasalahan lokal spesifi;
4. Perusahan/institusi dapat lebih mengetahui business process dengan cara improvement/modifikas;
5. Mengurangi permasalahan intellectual property right;
6. Mempromosikan kompetisi bidang teknologi informasi;
7. Meningkatkan keterbukaan dan faktor keamanan sistem.
C. Tujuan
1. Memperkecil kesenjangan teknologi informasi dengan memanfaatkan OSS baik tingkatan masyarakat di Indonesia maupun tingkatan global;
2. Meningkatkan inovasi dan kreatifitasbidang teknologi informasi melalui pengembang perangkat lunak nasional;
3. Mendorong, meningkatkan dan menciptakan program-program pemerintah bidang teknologi informasi skala nasional yang berdampak pada :
• Program pemerintah (percepatan program e-government);
• Ekonomi (penghematan devisa dalam pengadaan lisensi, stimulasi pengembangan industri Teknologi Informasi, peningkatan industri software dalam negeri);
• Sosial dan budaya (peningkatan jumlah pengguna komputer, pelatihan, akses informasi);
• Pendidikan (iptek; e-learning; e-library);
• Hankamnas (pertukaran informasi/traffcking lebih terlindungi).


D. Sasaran

1. Memberikan lebih banyak alternatif piranti lunak yang dapat digunakan oleh masyarakat secara legal dan terjangkau, sehingga tingkat penetrasi komputer di Indonesia dapat meningkat;
2. Peningkatan kemampuan riset pengembangan teknologi informasi nasional, khususnya bidang pengembangan perangkat lunak, yang terkait dengan kapasitas institusi litbang, pendidikan maupun peningkatan kemampuan SDM;
3. Penciptaan kompetisi bidang pengembangan piranti lunak skala nasional sehingga dapat menjadikan industri teknologi informasi Indonesia sebagai andalan dan menjadi salah satu pemain di percaturan global, sehingga dapat meningkatkan peluang dan kesempatan kerja bidang teknologi informasi.
E. Pendekatan Pelaksanaan

1. Secara bertahap dan berkesinambungan dengan tetap pada orientasi pencapaian target.
2. Permerintah berperan sebagai pendorong dengan cara memberikan contoh sebanyak mungkin penggunaan OSS di instansi pemerintah, menggunakan piranti lunak yang legal termasuk dengan OSS.
3. Pendekatan yang tidak mewajibkan untuk semua implementasi (tidak ada pemihakan), tetapi memberikan dorongan untuk penggunaan OSS seluas-luasnya.
4. Keterlibatan bersama seluruh stakeholder dan komunitas TI dalam implementasi program.





























F.Strategi Pencapaian











G. Deklarasi



Pada tanggal 30 Juni 2004 dideklarasikan penggunaan dan pengembangan Open Source Software (OSS) yang ditandatangani oleh : Menteri Riset dan Teknologi, Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Kehakiman dan HAM, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Menteri Pendidikan Nasional.


DEKLARASI BERSAMA Indonesia, Go Open Source! (IGOS)

1. Mengingat pentingnya peran teknologi informasi dalam kehidupan masyarakat terkait dengan pertumbuhan perekonomian, maka perlu peningkatan kemandirian, daya saing, kreatifitas serja inovasi bangsa sebagai kunci utama keberhasilan pembangunan Bangsa Indonesia .
2. Pemerintah bersama masyarakat bersepakat untuk melakukan upaya yang sungguh-sungguh dalam mendayagunakan teknologi informasi.
3. Dalam rangka mendukung keberhasilan upaya tersebut, pengembangan, dan pemanfaatan Open Source Software merupakan salah satu langkah strategis dalam mempercepat penguasaan teknologi informasi di Indonesia.
4. Untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dari upaya tersebut, perlu dilakukan langkah-langkah aksi sebagai berikut:
• Menyebarluaskan pemanfaatan Open Source Software di Indonesia.
• Menyiapkan panduan ( guideline ) dalam pengembangan dan pemanfaatan Open Source Software di Indonesia.
• Mendorong terbentuknya pusat-pusat pelatihan, competency center dan pusat-pusat inkubator bisnis berbasis open source di Indonesia.
• Mendorong dan meningkatkan koordinasi, kemampuan, kreatifitas, kemauan dan partisipasi dikalangan pemerintah dan masyarakat dalam pemanfaatan Open Source Software secara maksimal.



H. Filosofi Logo

Logo IGOS digambarkan sebagai tunas daun yang terus bertumbuh dan berkembang sehingga merepresentasikan semangat untuk terus berkembang dan mensosialisasikan penggunaan Free/Open Source Software. Pewarnaan didominasi oleh warna hijau dan oranye. Seperti kita ketahui bahwa hijau seringkali diasosiasikan dengan alam dan secara alamiah mata manusia akan merasa nyama ketika melihat paduan warna hijau karena warna hijau merupakan spektrum warna dengan rentang terpanjang. Hijau menggambarkan pertumbuhan, kesegaran, dan harapan.

Warna oranye / jingga menggambarkan semangat kebersamaan dan gotong royong dan kreativitas tanpa batas. Seperti kita ketahui bahwa oranye adalah warna yang menggambarkan keaktifan dan penuh semangat, oranye biasanya dipakai untuk menggambarkan keceriaan, merepresentasikan cahaya matahari, antusias, ambisi, keseimbangan, kehangatan, kedermawanan, jiwa yang meluap-luap, dan kreativitas. Dengan kata lain diharapkan nantinya logo ini akan menumbuhkan kreatifitas tanpa batas, mencerdaskan kehidupan bangsa melalui Free/Open Source Software (FOSS), menumbuhkan semangat kebersamaan dan gotong royong melalui Free/Open Source Software (FOSS), dan berbagi pengetahuan melalui Free/Open Source Software (FOSS).

Diharapkan melalui logo ini generasi muda sadar bahwa Free/Open Source Software adalah salah satu solusi untuk menggunakan software legal dengan cara yang hemat sehingga slogan Free/Open Source Software (FOSS) Menuju Kemandirian Bangsa adalah hal yang mungkin.

Kata IGOS berwarna abu-abu tua untuk menambah kesan elegan serta memiliki kekuatan dan penegasan. Sedangkan Indonesia, Go Open Source! berwarna abu-abu muda yang menandakan sebuah slogan atau tagline dari kata IGOS. Pemilihan warna dan penempatan rata kiri disesuaikan sehingga keseluruhan logo terlihat padu dan dapat dipakai pada header website maupun untuk kebutuhan tercetak.











I. Activity

Berdasarkan INPRES No.6 Tahun 2001, tentang Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia, yang merupakan salah satu kerangka kebijakan dan strategi pengembangan teknologi informasi, pemerintah akan mendorong perkembangan industri informasi content dan aplikasi, dimana pendayagunaan perangkat lunak open source perlu mendapat perhatian khusus.

Diikuti deklarasi bersama pencanangan program Indonesia, Go Open Source! oleh lima lembaga/institusi pemerintah pada Tahun 2004. Selanjutnya Peraturan Presiden No.7, Tahun 2005 tentang RPJMN 2004-2009, adanya: “Program peningkatan penggunaan Open Source System ke seluruh institusi pemerintah dan lapisan masyarakat”. serta terbitnya Surat Edaran Menteri Komunikasi dan Informatika No. 05/SE/M.KOMINFO/10/2005 kepada seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah untuk menggunakan software legal dengan pilihan cerdas menggunakan Open Source Software, merupakan dasar dan dorongan bahwa instansi pemerintah Indonesia sudah dapat memanfaatkan Open Source Software secara maksimal.



J. Events

J,1.Ristek Jajaki Kerjasama Riset Dengan Kaspersky

Jumat, 9 Oktober 2009 - Kementerian Negara Riset dan Teknologi menjajaki kerja sama riset dengan Kaspersky Lab, perusahaan antivirus kelas dunia, khususnya di bidang sistem keamanan (security) teknologi informasi dan komunikasi (TIK). "Security itu sangat penting, bayangkan sekarang transaksi keuangan saja sudah e-banking, membayar telpon, listrik, air dan lainnya cukup lewat internet", kata Staf Ahli Mennegristek bidang TIK, Engkos Koswara seusai pertemuan dengan pembuat antivirus Eugene Kaspersky.


J.2. WARINTEK OSS di Gempol

Gempol, Pada tanggal 18 Desember 2008. Kegiatan peresmian Warintek berbasis Open Source Software (OSS) kembali diresmikan oleh Bapak Prasetyo Sunaryo di Sekolah Tinggi Teknik Gempol, Yayasan Pendidikan Islam Walisongo, dihadiri oleh seluruh jajaran yayasan, dosen dan guru.


J.3. WARINTEK OSS Probolinggo

Probolinggo, 17 Desember 2008. Bapak Prasetio Sunaryo memberikan sambutan dalam acara peresmian Warintek Berbasis Open Source di Akademi Manajemen dan Ilmu Komputer Taruna (AMIK-Taruna Probolinggo) yang dihadiri oleh perwakilan dari pemda, pesantren dan masyarakat.


J.4. OSS Week di POSS ITB

Bandung, 4 Desember 2008. Pendayagunaan Open Source Software ITB (POSS-ITB), telah menyelenggarakan kegiatan OSS-Week dari tanggal 1-6 Desember 2008 di Kampus ITB.





J.5. Konferensi Open Source Asia Afrika

Menteri Negara Riset dan Teknologi, Kusmayanto Kadiman, membuka secara resmi Konfererensi Open Source Asia Afrika (AAOS) pada 18 November 2008 di Ruang Auditorium BPPT.





K. Migrasi
K.1.DEPHUKHAM Bertekad Implementasikan OSS

Departemen Hukum dan HAM (Dephukham), merupakan salah satu dari 5 departemen yang berkomitmen mendukung open source sejak awal gerakan IGOS dideklarasikan pada tahun 2004 lalu. Komitmen Dephukham ini diperkuat dengan turut serta menandatangani Kesepakatan Bersama IGOS Summit 2 pada bulan Mei 2008 bersama 18 Kementerian/Departemen lainnya.
.


K.2.Migrasi Open Source DIKTI

Jakarta, 2 Desember 2008. Sesuai dengan jadwal Kegiatan Sosialisasi Migrasi Open Source di Departemen Pendidikan Nasional, pada tanggal 2 November 2008 dilakukan di Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI).


K.3.Migrasi OSS di Unit Utama Diknas

Jakarta, 28 November 2008 Hari ini Kegiatan Sosialisasi Migrasi Open Source Unit Utama Departemen Pendidikan Nasional yang dilakukan oleh PUSTEKOM telah dilaksanakan di Direktur Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (MANDIKDASMEN).






L. Training
Pelatihan Java Development

Pelatihan Java Development kerjasama antara Kementerian Negara Riset dan Teknologi dan SUN Microsystem Indonesia, yang akan dilaksanakan tanggal 16-17 Desember 2009 "Pelatihan Glassfish Administrasi" dan tanggal 22-24 Desember 2009 "Pelatihan Glassfish Development".
.


Pelatihan Open Solaris

Jakarta, pada tanggal 24 -26 November 2009, telah diadakan pelatihan open solaris yang diikuti oleh 10 peserta yang berasal dari POSS UNTAR dan IGOS Center (President Univercity, Magelang, BPPT, Astra dan Parung Panjang), yang bertempat di lab Test Bad IGOS gedung II BPPT lantai 23.
Read more...


Pelatihan Open Source Software di Ambon

Ambon, Maluku - Pada tanggal 2 – 3 September 2009, dilaksanakan Pelatihan Open Source Software (OSS) di kota Ambon, Maluku. Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan "Pelatihan OSS 2009” di 20 kota Propinsi/Kabupaten di seluruh Indonesia Kegiatan Pelatihan OSS di kota Ambon ini sendiri mengambil tempat di Kantor Wilayah Telkom Ambon, Maluku dan dibuka oleh Kabid Kemitraan Lembaga TI, Agus Sediadi, dan Direktur Telkom Wilayah Maluku.

Pelatihan Web Development Berbasis Open Source

Perangkat lunak berbasis web, atau biasa disebut dengan Aplikasi Web, saat ini berkembang dengan pesat, baik dari penggunaan, ukuran, bahasa yang digunakan dan kompleksitasnya. Pembangunan web sangat variatif, mulai dari web yang dibangun dengan menggunakan Joomla, Drupal berbasis Content Management System (CMS) maupun pemrograman yang di design dari pemrograman seperti PHP, Perl, Java Script dan MySql sebagai salah satu tempat penyimpanan database.


Pelatihan dan Sertifikasi OSS Tahun 2009

Pelatihan dan sertifikasi OSS yang dilaksanakan di Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Terpadu (LP3T) Nurul Fikri-Depok telah dilakukan kembali pada tanggal 11 – 13 Agustus 2009 yang merupakan program Asisten Deputi Urusan Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Kementerian Negara Riset dan Teknologi (ADPPTI KNRT).




M. Sosialisasi
Jember, Go Open Source!

Jember, 24 November 2009. Dalam rangka implementasi Surat Edaran Menpan N0 01/M.PAN/3/2009, Pemerintah Kabupaten Jember mencanangkan Jember, Go Open Source!, yang ditandatangi oleh Bupati Kabupaten Jember.


TOT OSS di Pemkot Tasikmalaya

Tasikmalaya - 24 -25 Nopember 2009, Kementerian Negara Riset dan Teknologi telah melakukan Training for Trainer (TOT) Open Source Software (OSS) di Pemkot Tasikmalaya, TOT OSS ini dilaksanakan di laboratorium STMIK (Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Komputer) Tasikmalaya Jln. RE. Martadinata No. 272A.


Sosialisasi migrasi OSS di Musi Banyuasin

Musi Banyuasin - 24 November 2009. Sosialisasi migrasi Open Source Software (OSS) Kab. Musi Banyuasin telah dibuka oleh Ka. Sub. Bidang Produk Komersial AD-PPTI bersama dengan Asisten III Pemerindah Daerah Kab. Musi Banyuasin dan Kepala Balai BLHPP.


TOT OSS di Pusat Data dan Informas DEPHAN

Jakarta - Senin, 23 November 2009 Dalam rangka implementasi Surat Edaran Menpan No 01/M.PAN/3/09, Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN), Departemen Pertahanan melaksanakan pelatihan Training for Trainer (TOT) Open Ssource Software (OSS).


TOT Open Source Software Tenggarong Kutai Kartanegara

Training Of Trainer (TOT) Open Source Software (OSS) kembali digelar, kali ini dilaksanakan di Dinas Komunikasi dan Informatika, Tenggarong, Kutai Kartanegara, yang merupakan tindak lanjut dari Sosialisasi Open Source tanggal 9 November 2009 yang lalu.



IGOS Center Kalimantan Selatan

IGOS Center Universitas Lambung Mangkurat yang dimotori oleh Unlam Linux Club (ULC) telah berdiri di Kampus Banjarbaru, pada tanggal 10 Maret 2009, dipayungi oleh Puskom Unlam yang dikoordinasi oleh Ir H Fadly Yusran, MSc Phd.


TOT di Universitas Pendidikan Indonesia

Pada hari selasa, 2 Juni 2009 , bertempat di IGOS Center Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Ristek telah membuka TOT OSS (Training of Trainer Open Source Software) perdana nya. Rencananya TOT pada tahun 2009 ini akan dilaksanakan di 20 kota di Indonesia.


N. Peresmian IGOS Center Bandung

Kemal Prihatman, Asisten Deputi Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi melakukan pengguntingan pita sebagai tanda diresmikannya Indonesia Go Open Source (IGOS) Center Bandung, 14 November 2007 di di Be-Mall, Jalan Naripan/Veteran – Bandung. Acara peresmian ini disaksikan oleh para promotor IGOS CENTER Bandung Eko Mursito (ITB), Hemat Dwi Nuryanto (Zamrud Technology), dan Jerry Julius mewakili Direktur Utama Be-MAll.





O. Pendayagunaan (POSS)
Sosialiasi IGOS dan Internet Sehat

Makassar, 11 Februari 2009. Dalam rangka kegiatan kunjungan Deputi Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek (Deputi PPI), mewakili MENEGRISTEK ke Makassar, Sulawesi Selatan, diselenggarakan Sosialiasi Program IGOS dan Internet Sehat.


POSS UNTAR

Jakarta, 1 Februari 2009. Pendayagunaan Open Source Software-Universitas Tarumanegara (POSS UNTAR), telah membangun Sistem Informasi Kependudukan berbasis Open Source dengan database MySQL di Perumahan Medang Lestarai-Tangerang.

POSS Universitas Hasanuddin

Pada tanggal 30-31 Oktober 2008, telah dilaksanakan Workshop Pusat Pendayagunaan Open Source Software (POSS) di Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar, Sulawesi Selatan.

POSS President University

Kegiatan launching POSS di President University (POSS-PU) dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2007 oleh Mennegristek disaksikan oleh Direktur Utama Jababeka dan Rektor President University. Acara ini bersamaan dengan launching PRC dan BTC. Rangkaian acara kegiatan ini berupa launching, exhibition (pameran) dan bisnis gathering.



P. Salah satu contoh keunggulan OS Open Source dan yang bukan Open Source ( Perbandingan Windows7 dan PCLinux3D )


Setelah sekian lama DVD Windows 7 Release Candidate bonus dari Majalah Chip terbengkelai, akhirnya hari ini baru punya kesempatan untuk menginstalnya. Windows 7 yang bisa digunakan secara legal sampai 1 Juni 2010 ini diinstal pada komputer dengan spesifikasi :
• Intel Dual Core 2.2 GHz
• Memori 1 Gb
• HD Sata 80 Gb dan IDE 10 GB
• FastNet Cable Modem (Motorola)
• VGA Nvidia 7200 GS
• MFP Printer Laserjet Kyocera 1116
• Deskjet Printer HP 656c
Instalasi berlangsung tanpa masalah dan selesai sekitar setengah jam … tidak berbeda jauh dengan instalasi PC Linux3D versi DVD. Perbedaannya … dengan ukuran harddisk yang hampir sama – sekitar 8 Gb - Windows 7 hanya menginstal dirinya sendiri dengan beberapa program penyertanya (Media Player, IE, Notepad, Paint, dll). Jauh berbeda dengan PCLinux3D yang sudah terinstal lengkap dengan berbagai macam program aplikasinya (Office, Internet, Graphic, Video, Audio, 3D, Animation, Development, Virtualization, Education, Game, dll).

Yang menarik … Windows 7 sudah bisa mendeteksi koneksi Internet secara sangat baik … begitu terinstal kita sudah bisa langsung terkoneksi dengan Internet. Kenyamanan menggunakan Internet ini sudah tersedia lama di PCLinux3D. Ini berbeda jauh dengan Windows XP … dimana kita masih harus melakukan deteksi dan instalasi Internet secara tradisional.

Tugas berikutnya setelah terkoneksi Internet adalah mencari program anti virus yang paling pas. Pilihan jatuh pada Smadav … yang secara mengejutkan ternyata mampu menangani virus-virus yang terus berkeliaran di Windows dengan baik. Sampai versi terkini, sayangnya Microsoft masih saja tidak mampu membuat nyaman penggunanya, berbeda jauh dengan Linux yang mampu memberikan kenyamanan kelas VIP sekalipun tidak dikawal dengan program anti virus terbaru.

Saatnya untuk relaks dan mendengarkan musik. Beberapa klik tombol sudah terdengar di speaker, seharusnya tidak ada masalah untuk memainkan musik langsung dari Youtube.com. Ooops … sayangnya ada sedikit gangguan kecil, Flash Player belum terinstal. Setelah bergaul sekian lama dengan PCLinux3D – yang semuanya sudah ready-to-use – memang cukup menyebalkan dengan gangguan-gangguan kecil seperti ini. Setelah klik klik mouse beberapa kali, akhrnya Flash Player terinstal dan musikpun mulai dimainkan di YouTube.

Tugas berikutnya adalah mengaktifkan printer Laserjet Kyocera dan Deskjet Hewlett Packard. Harapan untuk Windows 7 bisa mengaktifkan semua printer secara otomatis – seperti halnya modem Motorola di Fastnet – tak terkabul. Windows 7 mampu mengenali kedua printer ini tapi sayangnya tidak bisa menginstal driver secara otomatis. Berbeda jauh dengan PCLinux3D yang mampu mendeteksi dan menginstal driver-driver printer tersebut secara otomatis.

Mau tak mau … cara konvensional harus dilakukan lagi – instal driver printer satu persatu dari CD yang disediakan vendornya. Sayangnya, driver printer yang tersedia dalam CD tidak kompatibel sama sekali dan hanya bisa dipergunakan di Windows XP. Akhirnya, setelah beberapa kali bertanya pada paman Google, driver diperoleh dan kedua printer bisa berfungsi dengan baik, termasuk Scanner yang ada di MFP Kyocera.


Jelajah Windows 7 berikutnya adalah bermain game. Beberapa sumber menyebutkan bahwa sebagian program aplikasi dan game Windows XP tidak kompatibel atau tidak bisa berjalan dengan baik di Windows 7. Dan ini berarti sebetulnya Windows 7 tidak berbeda jauh dengan Linux – yang diklaim Microsoft tidak bisa digunakan untuk bermain game (salah satu yang disebut adalah Warcraft). He he he … ternyata Microsoft kurang gaul … karena sekarang cukup banyak game (online) Windows XP yang sudah bisa dimainkan di Linux (termasuk Warcraft).

Sebelum ngegame, berikut ini ringkasan dari apa yang sudah sempat dicoba di Windows 7 dan perbandingannya dengan PCLinux3D :
PERBANDINGAN Windows 7 PCLinux3D Pemenang
Instalasi Setengah jam dengan sedikit program (IE, Media Player, Notepad, Paint) Setengah jam dengan banyak program terinstal lengkap (Office Suite, Game, Animation, 3D Suite, Video Studio, Graphic Editing, Internet Suite, Development Tool, dll)
Linux
Keamanan Masih perlu program anti virus Sekalipun ada anti virus, tapi tidak terlalu diperlukan Linux
Kemudahan Internet+VGA+Sound autoinstalPrinter+Scanner autodetect tapi tidak autoinstalFlash Player install manual Internet+VGA+Sound autoinstalPrinter+Scanner autoinstalFlash Player pre-install (siap pakai) Linux
Kenyamanan Harddisk jadul IDE 10 Gb tidak terdeteksi … data tidak bisa diambil alias tidak bisa digunakan untuk bekerja Harddisk Sata dan harddisk IDE jadul terdeteksi dengan baik Linux
Keindahan Visual OK tapi tidak punya fitur 3D Desktop Visual OK dan Full 3D Desktop
Linux
Produksi InterLOKAL (luar negeri … BOROS devisa) LOKAL (dalam negeri … HEMAT devisa) Linux
Harga Masih gratis, tapi sebentar lagi perlu keluar jutaan rupiah untuk menggunakannya (bukan memiliki !!!) Lebih murah 80% dan sudah disertai dengan Buku Panduan plus training gratis (Jakarta) Linux

Hasil akhir … Linux menang telak 7-0 !!!
Silakan dibandingkan sendiri dengan spesifikasi hardware dan software Anda … !!! (amar/igos - pclinux3d)

Q. REFERENSI

http://www.igos.web.id/index.php/documents

Rendemen Tebu

Rendemen tebu adalah kadar kandungan gula didalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen. Bila dikatakan rendemen tebu 10 %,artinya ialah bahwa dari 100 kg tebu yang digilingkan di Pabrik Gula akan diperoleh gula sebanyak 10 kg.
Ada 3 macam rendemen,yaitu: rendemen contoh,rendemen sementara, dan rendemen efektif.
1. Rendemen Contoh
Rendemen ini merupakan contah yang dipakai untuk mengetahui apakah suatu kebun tebu sudah mencapai masak optimal atau belum. Dengan kata lain rendemen contah adalah untuk mengetahui gambaran suatu kebun tebu berapa tingkat rendemen yang sudah ada sehingga dapat diketahui kapan kapan saat tebang yang tepat dan kapan tanaman tebu mencapai tingkat rendemen yang memadai.
Rumus : Nilai nira x Faktor rendemen = Rendemen .
2. Rendemen Sementara
Perhitungan ini dilaksanakan untuk menentukan bagi hasil gula,namun sifatnya masih sementara.Hal ini untuk memenuhi ketentuan yang menginstruksikan agar penentuan bagi hasil gula dilakukan secepatnya setelah tebu petani digiling sehingga petani tidak menunggu terlalu lama sampai selesai giling namun diberitahu lewat perhitungan rendemen sementara.
Cara mendapatkan rendemen sementara ini adalah dengan mengambil nira perahan pertama tebu yang digiling untuk dianalisis di laboratorium untuk mengetahui berapa besar rendemen sementara tersebut.
Rumus : Rendemen Sementara = Faktor Rendemen x Nilai Nira.
3. Rendemen Efektif
Rendemen efektif disebut juga rendemen nyata atau rendemen terkoreksi. Rendemen efektif adalah rendemen hasil perhitungan setelah tebu digiling habis dalam jangka waktu tertentu.Perhitungan rendemen efektif ini dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 15 hari atau disebut 1 periode giling sehingga apabila pabrik gula mempunyai hari giling 170 hari,maka jumlah periode giling adalah 170/15 = 12 periode.Hal ini berarti terdapat 12 kali rendemen nyata/efektif yang bisa diperhitungkan dan diberitahukan kepada petani tebu.
Tebu yang digiling di suatu pabrik gula jelas hanya sebagian kecil saja yang akan menjadi gula.Kalau 1 kuintal tebu mempunyai rendemen 10 % maka hanya 10 kg gula yang didapat dari 1 kuintal tebu tersebut.Hal ini dapat dijelaskan sbb :

Tebu
100 %
Sabut
+ 12,5 %
Nira
+ 87,5 %
Air
75 – 80 %
Bhn Kering
20—25 %
Larut
18 – 20 %
Tak Larut
2 – 5 %

Mesin Pemanen Tebu (SUGARCANE HARVESTER)

Mesin Pemanen Tebu
(SUGARCANE HARVESTER)


Deskripsi
Pada pendahuluan akan dijelaskan tentang metode dan peralatan panen tebu dan jagung, proses fungsional mesin panen tebu dan jagung, serta kalibrasi dan evaluasi kinerja
Relevansi
Pemahaman tentang mesin panen tebu (cane harvester) dan mesin panen jagung (corn harvester) sangat penting dalam pengelolaan pertanian modern. Dengan memahami bagian atau komponen mesin dan cara kerja serta kinerja, maka pengelolanya akan dapat merencanakan dan mengatur penggunaan mesin panen tebu dan jagung secara efektif dan efisien (ekonomis). Dengan demikian akan mendukung proses budidaya keseluruhan secara mekanis.

Tujuan instruksional khusus

Mahasiswa akan dapat menjelaskan bagian alat dan mesin, cara kerja, kinerja dan menguraikan prinsip-prinsip mekanika dari mesin panen tebu dan jagung



Pemanenan tebu dapat dilakukan dengan beberapa cara. Berdasarkan atas keadaan tebu yang ditebang, cara pemanenan tebu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) pemanenan tebu hijau (green cane), dan (2) pemanenan tebu bakar (burnt cane). Berdasarkan atas sumber tenaga utama yang digunakan, pemanenan tebu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) pemanenan tebu secara manual, dan (2) pemanenan tebu secara mekanis.
Pemanenan tebu hijau dilakukan secara langsung tanpa ada perlakuan lain terhadap tanaman tebu sebelum dipanen. Pemanenan tebu bakar dilakukan setelah tanaman tebu dibakar untuk membersihkan sampah daun tebu.

Pemanenan tebu secara manual
Pemanenan tebu secara manual dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) loose cane, dan (2) bundle cane. Hasil panen dengan cara loose cane berbentuk tebu lonjoran yang lepas dan dimuat ke kendaraan angkut menggunakan grab loader, sedangkan hasil panen dengan cara bundle cane berbentuk tebu lonjoran yang terikat dan dimuat ke kendaraan angkut menggunakan tenaga manusia.
Tahap pelaksanaan pemanenan tebu dengan cara loose cane (Soepardan, 1988):
(a) Daun tebu kering (klaras) dibersihkan dan diletakkan dalam satu barisan
(b) Pangkal batang tebu di permukaan tanah dipotong
(c) Pucuk batang tebu dipotong
(d) Potongan batang tebu ditumpuk pada satu barisan; umumnya 4 atau 6 deretan tebu yang telah ditebang disusun menjadi 1 deretan melintang.
Tahap-tahap pemanenan tebu dengan cara bundle cane adalah sama dengan cara loose cane, perbedaannya terletak pada potongan batang-batang tebu yang diikat dengan jumlah tertentu kemudian disusun pada suatu barisan.
Kapasitas lapang pemanenan tebu secara manual umumnya sebesar 0.0025 ha/jam/orang. Apabila dalam 1 hari bekerja selama 8 jam maka akan diperoleh luasan tebu panen sebesar 0.02 ha, atau  1.6 ton tebu panen/hari/orang (TCH  80 ton/ha). Pabrik gula yang mempunyai areal tebu panen seluas 15 000 ha, maka akan diperlukan 750 000 hari-orang pemanen tebu. Apabila waktu panen selama 180 hari maka setiap hari kerja diperlukan  4.167 orang pemanen tebu. Kondisi ini telah memicu penggunaan mesin panen tebu yang mempunyai kapasitas tebang lebih besar.

Pemanenan tebu secara mekanis
Faktor-faktor yang menyebabkan dilakukannya pemanenan tebu secara mekanis menggunakan mesin panen tebu (sugarcane harvester), diantaranya adalah:
(1) Kesulitan memperoleh tenaga kerja tebang tebu karena adanya persaingan memperoleh tenaga kerja tebang tebu, terutama untuk pabrik gula di daerah yang jarang penduduknya
(2) Tenaga kerja tebang tebu hanya bekerja selama  8 jam/hari pada siang hari, sedangkan mesin panen tebu dapat bekerja selama 24 jam/hari
(3) Kapasitas tebang tebu mesin panen tebu jauh lebih besar dibanding tenaga kerja tebang tebu
(4) Waktu panen tebu yang optimum umumnya relatif singkat sehingga penggunaan mesin panen tebu (sugarcane harvester), terutama pada daerah dengan tenaga kerja terbatas, akan dapat membantu menyelesaikan kegiatan pemanenan tebu pada waktu yang telah ditentukan, sehingga susut tebu atau gula dapat dikurangi (Abreu et al., 1980).
Faktor-faktor yang ditimbulkan oleh keadaan lahan tempat mesin panen tebu dioperasikan yang mempengaruhi efisiensi waktu dan biaya pemanenan, diantaranya adalah:
(1) Kemiringan lahan
(2) Pola kebun
(3) Tinggi dan panjang guludan
(4) Kebersihan lahan dari benda-benda yang dapat mengganggu kinerja mesin.
Pemanenan tebu secara mekanis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) menggunakan wholestalk harvester, dan (2) menggunakan chopper harvester. Kedua jenis mesin panen tebu tersebut berbeda dalam hal hasil potongan batang tebu panen.
Wholestalk harvester memotong tebu pada pangkal batang dekat permukaan tanah, kemudian dibawa ke belakang dan disusun di atas guludan. Dengan demikian, tebu hasil panen masih berupa lonjoran batang tebu (utuh) yang diletakkan di atas permukaan tanah. Tebu hasil panen dengan cara seperti ini sering tercampur kotoran (tanah) pada saat pemuatannya ke alat angkut yang akan membawanya ke pabrik.
Chopper harvester memotong tebu berupa potongan-potongan berukuran pendek. Tebu yang sudah dipotong pada pangkal batangnya akan dipotong lagi menjadi potongan-potongan lebih pendek yang disebut billet dengan ukuran 20 – 40 cm (Gentil dan Ripolli, 1977).
Penggunaan chopper harvester akan lebih menguntungkan dibanding wholestalk harvester untuk beberapa kondisi tertentu. Pada Tabel 1 diperlihatkan perbedaan penggunaan dan hasil panen tebu menggunakan kedua jenis mesin panen tebu tersebut.

Tabel 1. Perbedaan penggunaan dan hasil panen tebu menggunakan wholestalk harvester dan chopper harvester
Indikator Wholestalk Harvester Chopper Harvester
Proses pemanenan tebu Memotong tebu pada pangkal batang dekat permukaan tanah, kemudian dibawa ke belakang dan disusun di atas guludan Tebu yang sudah dipotong pada pangkal batangnya akan dipotong lagi menjadi potongan-potongan lebih pendek
Ukuran batang tebu panen Lonjoran (batang tebu utuh) Potongan-potongan pendek
Kebersihan batang tebu panen Tercampur kotoran (tanah) Hampir tidak tercampur kotoran
Kapasitas angkut kendaraan pengangkut batang tebu panen Lebih rendah Lebih tinggi
Lama waktu tunggu setelah dipanen sebelum digiling Lebih dari 24 jam Kurang dari 16 jam
Aplikasi Cocok untuk lahan tebu berproduktivitas sedang, tanaman tebu tegak, dan areal lahan berukuran sempit Cocok untuk lahan tebu berproduktivitas tinggi, tanaman tebu tegak dan rebah, dan areal lahan berukuran lebar

Proses yang terjadi di dalam suatu unit mesin panen tebu chopper harvester secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut (Deacon, 1986):
(1) Mengarahkan batang-batang tebu dalam suatu barisan ke dalam bagian pemotong batang tebu
(2) Memotong pucuk batang tebu
(3) Memotong batang tebu di permukaan tanah
(4) Menggoncang batang tebu supaya terlepas dari tanah dan pasir yang menempel
(5) Memotong batang-batang tebu menjadi billet
(6) Membawa billet menggunakan conveyer
(7) Membuang sampah (trash) dan material yang ringan
(8) Memuat billet ke kendaraan angkut.
Aliran potongan batang-batang tebu dan material-material yang terbawa dalam proses pemanenan tebu di dalam mesin panen tebu (chopper harvester) dapat dilihat dalam Gambar 1. Dalam Gambar 2 dan Gambar 3 juga dapat dilihat contoh suatu unit mesin panen tebu tipe wholestalk harvester dan chopper harvester.


Gambar 1. Aliran tebu di dalam mesin panen tebu (chopper harvester)



Gambar 2. Contoh wholestalk harvester yang dikembangkan oleh MERADO (CMERI)

Gambar 3. Contoh chopper harvester yang dioperasikan di Australia (Cairns, 2004)

Daftar Pustaka
Abreau, U.A., A. Abdukaridov, M. Fonseca, dan M. Dominguez. 1980. Investigation of the Relationship among Quality of Chopped Sugarcane, Volumetric Weight, and Loading Coefficient of Transportation. Proc. International Society of Sugarcane Technologists XVI Congress. Manila-Philippines, 1-11 February 1980
Deacon, D.F.E. 1986. Mechanization of Cane Harvesting and Transport. The International Journal of Cane Agriculture. May/June (3): 12
Gentil, L.V.B., dan T.C. Ripolli. 1977. Comparative Economics and Loss-time Analysis of Mechanical Sugarcane Harvesting. Proc. International Society of Sugarcane Technologists XVI Congress. Sao Paulo-Brazil, 9-25 Sptember 1977
Soepardan, D. 1988. Upaya Peningkatan Mutu Tebangan PG Subang dengan Sistem 4-2 dan 6-2. Seminar Budidaya Tebu Lahan Kering. Pasuruan, 23-25 November 1988
Mesin Panen Jagung
(CORN / MAIZE HARVESTER)

Jagung (corn / maize) dapat dipanen untuk diambil/dimanfaatkan dalam bentuk: (1) biji jagung dan tongkolnya, dan (2) seluruh biomassa tanaman jagung yang berada di atas permukaan tanah. Jagung yang dipanen dalam bentuk biji dan tongkolnya biasanya dimanfaatkan bijinya untuk dikonsumsi oleh manusia, sedangkan jagung yang dipanen dalam bentuk biomassa jagung umumnya digunakan untuk dijadikan makanan ternak (silage, atau ensilage), terutama untuk tanaman jagung muda. Dengan menggunakan mesin panen jagung maka tongkol jagung bisa dipisahkan dari biomassa lainnya seperti batang dan daun.
Pemanenan jagung dapat dilakukan dengan cara manual dan mekanis. Secara manual dapat dilakukan dengan cara memetik tongkol jagung, sedangkan biomassa selain tongkol jagung dibabat untuk dijadikan makanan ternak. Secara mekanis dilakukan dengan menggunakan mesin panen jagung (corn / maize harvester).
Mesin panen jagung dapat dibedakan berdasarkan hasil akhir pemanenan. Apabila hasil akhir berupa tongkol jagung yang terpisah dengan biomassa batang dan daun dinamakan corn harvester atau corn combine harvester, sedangkan apabila hasil akhir berupa potongan-potongan kecil (cacahan) seluruh biomassa jagung dinamakan ensilage harvester.
Mesin panen jagung memanen seluruh biomassa tanaman jagung yang berada di atas permukaan tanah dengan proses pemanenan jagung sebagai berikut:
(a) Mengarahkan batang-batang jagung dalam suatu barisan ke dalam bagian pemotong batang jagung
(b) Memotong batang-batang jagung
(c) Mengangkut potongan batang-batang jagung
(d) Memisahkan tongkol dan biomassa lainnya seperti batang dan daun
(e) Mencacah biomassa batang dan daun
(f) Menampung tongkol atau meletakkannya di belakang mesin di atas tanah
(g) Mengalirkan cacahan biomassa batang dan daun jagung ke alat / kendaraan angkut di samping / di belakang mesin.
Mesin panen jagung (corn / maize harvester) dapat dilihat dalam Gambar 4 dan Gambar 5, sedangkan corn combine harvester dapat dilihat dalam Gambar 6 dan Gambar 7. Dalam Gambar 8 dan Gambar 9 diperlihatkan mesin panen jagung ensilage harvester.


Gambar 4. Contoh mesin panen jagung (corn harvester)


Gambar 5. Contoh corn harvester

Gambar 6. Contoh mesin panen kombinasi jagung (corn combine harvester)

Gambar 7. Contoh pengoperasian corn combine harvester

Gambar 8. Contoh mesin panen jagung untuk pakan ternak (ensilage harvester)


Gambar 9. Contoh pengoperasian back-carried type ensilage harvester

Latihan
1. Sebutkan cara pemanenan tebu berdasarkan atas keadaan tebu yang ditebang !
2. Sebutkan cara pemanenan tebu berdasarkan atas sumber tenaga utama yang digunakan !
3. Sebutkan perbedaan perlakuan pada saat pemanenan tebu hijau dan tebu bakar !
4. Sebutkan dan jelaskan cara pemanenan tebu secara manual !
5. Sebutkan faktor-faktor yang menyebabkan dilakukannya pemanenan tebu secara mekanis menggunakan mesin panen tebu (sugarcane harvester) !
6. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi waktu dan biaya pemanenan tebu secara mekanis !
7. Sebutkan dan jelaskan cara pemanenan tebu secara mekanis !
8. Sebutkan alasan keuntungan penggunaan mesin panen tebu chopper harvester dibanding wholestalk harvester !
9. Jelaskan proses fungsional mesin panen tebu chopper harvester !
10. Sebutkan dan jelaskan bentuk pemanfaatan jagung yang dipanen !
11. Sebutkan dan jelaskan cara pemanenan jagung !
12. Sebutkan dan jelaskan mesin panen jagung berdasarkan hasil akhir pemanenan !
13. Jelaskan proses fungsional pemanenan seluruh biomassa tanaman jagung menggunakan mesin pemanen jagung !

Kunci Jawaban Latihan
1. Cara pemanenan tebu berdasarkan atas keadaan tebu yang ditebang:
(a) pemanenan tebu hijau (green cane)
(b) pemanenan tebu bakar (burnt cane)
2. Cara pemanenan tebu berdasarkan atas sumber tenaga utama yang digunakan:
(a) pemanenan tebu secara manual
(b) pemanenan tebu secara mekanis
3. Perbedaan perlakuan pada saat pemanenan tebu hijau dan tebu bakar:
(a) pemanenan tebu hijau dilakukan secara langsung tanpa ada perlakuan lain terhadap tanaman tebu sebelum dipanen
(b) pemanenan tebu bakar dilakukan setelah tanaman tebu dibakar untuk membersihkan sampah daun tebu
4. Pemanenan tebu secara manual dilakukan dengan dua cara, yaitu:
(a) loose cane
(b) bundle cane.
Hasil panen dengan cara loose cane berbentuk tebu lonjoran yang lepas dan dimuat ke kendaraan angkut menggunakan grab loader, sedangkan hasil panen dengan cara bundle cane berbentuk tebu lonjoran yang terikat dan dimuat ke kendaraan angkut menggunakan tenaga manusia
5. Faktor-faktor yang menyebabkan dilakukannya pemanenan tebu secara mekanis menggunakan mesin panen tebu (sugarcane harvester):
(a) Kesulitan memperoleh tenaga kerja tebang tebu karena adanya persaingan memperoleh tenaga kerja tebang tebu, terutama untuk pabrik gula di daerah yang jarang penduduknya
(b) Tenaga kerja tebang tebu hanya bekerja selama ± 8 jam/hari pada siang hari, sedangkan mesin panen tebu dapat bekerja selama 24 jam/hari
(c) Kapasitas tebang tebu mesin panen tebu jauh lebih besar dibanding tenaga kerja tebang tebu
(d) Waktu panen tebu yang optimum umumnya relatif singkat sehingga penggunaan mesin panen tebu (sugarcane harvester), terutama pada daerah dengan tenaga kerja terbatas, akan dapat membantu menyelesaikan kegiatan pemanenan tebu pada waktu yang telah ditentukan, sehingga susut tebu atau gula dapat dikurangi
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi waktu dan biaya pemanenan tebu secara mekanis:
(1) kemiringan lahan
(2) pola kebun
(3) tinggi dan panjang guludan
(4) kebersihan lahan dari benda-benda yang dapat mengganggu kinerja mesin
7. Cara pemanenan tebu secara mekanis:
(a) menggunakan wholestalk harvester,
(b) menggunakan chopper harvester
Kedua jenis mesin panen tebu tersebut berbeda dalam hal hasil potongan batang tebu panen.

Wholestalk harvester memotong tebu pada pangkal batang dekat permukaan tanah, kemudian dibawa ke belakang dan disusun di atas guludan. Dengan demikian, tebu hasil panen masih berupa lonjoran batang tebu (utuh) yang diletakkan di atas permukaan tanah. Tebu hasil panen dengan cara seperti ini sering tercampur kotoran (tanah) pada saat pemuatannya ke alat angkut yang akan membawanya ke pabrik.
Chopper harvester memotong tebu berupa potongan-potongan berukuran pendek. Tebu yang sudah dipotong pada pangkal batangnya akan dipotong lagi menjadi potongan-potongan lebih pendek yang disebut billet dengan ukuran 20 – 40 cm.

8. Alasan keuntungan penggunaan mesin panen tebu chopper harvester dibanding wholestalk harvester:
(a) ukuran batang tebu panen pendek-pendek
(b) batang-batang tebu panen bersih, hampir tidak tercampur kotoran
(c) kapasitas angkut kendaraan pengangkut batang tebu panen lebih besar
(d) lama waktu tunggu setelah dipanen sebelum digiling lebih singkat (kurang dari 16 jam)
(e) cocok untuk lahan tebu berproduktivitas tinggi, tanaman tebu tegak dan rebah, dan areal lahan tebu yang umumnya berukuran lebar.
9. Proses fungsional mesin panen tebu chopper harvester:
(a) mengarahkan batang-batang tebu dalam suatu barisan ke dalam bagian pemotong batang tebu
(b) memotong pucuk batang tebu
(c) memotong batang tebu di permukaan tanah
(d) menggoncang batang tebu supaya terlepas dari tanah dan pasir yang menempel
(e) memotong batang-batang tebu menjadi billet
(f) membawa billet menggunakan conveyer
(g) membuang sampah (trash) dan material yang ringan
(h) memuat billet ke kendaraan angkut.
10. Bentuk pemanfaatan jagung yang dipanen:
(a) biji jagung dan tongkolnya
(b) seluruh biomassa tanaman jagung yang berada di atas permukaan tanah.
Jagung yang dipanen dalam bentuk biji dan tongkolnya biasanya dimanfaatkan bijinya untuk dikonsumsi oleh manusia, sedangkan jagung yang dipanen dalam bentuk biomassa jagung umumnya digunakan untuk dijadikan makanan ternak (silage, atau ensilage), terutama untuk tanaman jagung muda. Dengan menggunakan mesin panen jagung maka tongkol jagung bisa dipisahkan dari biomassa lainnya, seperti: batang dan daun.
11. Cara pemanenan jagung:
(a) pemanenan jagung secara manual
(b) pemanenan jagung secara mekanis.
Secara manual dapat dilakukan dengan cara memetik tongkol jagung, sedangkan biomassa selain tongkol jagung dibabat untuk dijadikan makanan ternak. Secara mekanis dilakukan dengan menggunakan mesin panen jagung (corn / maize harvester).
12. Mesin panen jagung berdasarkan hasil akhir pemanenan:
(a) corn harvester atau corn combine harvester
(b) ensilage harvester.
Apabila hasil akhir berupa tongkol jagung yang terpisah dengan biomassa batang dan daun dinamakan corn harvester atau corn combine harvester, sedangkan apabila hasil akhir berupa potongan-potongan kecil (cacahan) seluruh biomassa jagung dinamakan ensilage harvester.
13. Proses fungsional pemanenan seluruh biomassa tanaman jagung menggunakan mesin pemanen jagung:
(a) mengarahkan batang-batang jagung dalam suatu barisan ke dalam bagian pemotong batang jagung
(b) memotong batang-batang jagung
(c) mengangkut potongan batang-batang jagung
(d) memisahkan tongkol dan biomassa lainnya seperti batang dan daun
(e) mencacah biomassa batang dan daun
(f) menampung tongkol atau meletakkannya di belakang mesin di atas tanah
(g) mengalirkan cacahan biomassa batang dan daun jagung ke alat / kendaraan angkut di samping / di belakang mesin.


Senarai (Glossary)

Billet Potongan batang-batang tebu oleh mesin panen tebu setelah terlepas dari tanah dan pasir yang menempel
Corn harvester (corn combine harvester)
Mesin pemanen jagung
Ensilage
Jagung yang dipanen dalam bentuk biomassa untuk makanan ternak
Ensilage harvester
Mesin pemanen jagung dalam bentuk biomassa untuk makanan ternak
Klaras
Daun tebu kering
Mesin panen jagung (corn / maize harvester)
Pemanen jagung secara mekanis
Mesin panen tebu (sugarcane harvester)
Pemanen tebu secara mekanis
Mesin panen tebu curah (chopper harvester)
Pemanen tebu secara mekanis dengan hasil akhir berupa potongan batang tebu (dalam bentuk curah)
Mesin panen tebu lonjoran (wholestalk harvester)
Pemanen tebu secara mekanis dengan hasil akhir berupa potongan batang tebu lonjoran
Silage
Jagung yang dipanen dalam bentuk biomassa untuk makanan ternak
Tebu bakar (burnt cane)
Tebu yang dipanen dengan cara dibakar untuk membersihkan sampah daun tebu
Tebu hijau (green cane)
Tebu yang dipanen secara langsung tanpa ada perlakuan lain terhadap tanaman tebu sebelum dipanen
Tebu ikatan (bundle cane)
Hasil panen berupa tebu ikatan
Tebu lonjoran (loose cane)
Hasil panen berupa tebu lonjoran

PERKEMBANGAN TERKINI PENATAAN VARIETAS TEBU DI INDONESIA

PERKEMBANGAN TERKINI PENATAAN VARIETAS TEBU DI INDONESIA

Program akselerasi peningkatan produksi dan produktivitas gula Nasional diarahkan untuk memperbaiki komposisi perbandingan tanaman pertama (plant cane) dan tanaman keprasan (ratoon) menjadi seimbang, yaitu ratoon tidak lebih dari 3-4 kali. Untuk itu diluncurkan program rehabilitasi tanaman ratoon panjang dengan istilah bongkar ratoon dengan dukungan penyediaan bibit tebu varietas unggul dalam jumlah yang cukup dan terjamin mutunya. Bantuan program melalui dana APBN disalurkan dalam pola Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) dengan model guliran yang diharapkan akan membantu petani merehabilitasi tanaman tebunya, serta pada saatnya terjadi penumpukan modal usaha dalam membangun kelembagaan usaha tani tebu rakyat yang lebih kokoh.

Secara teknis, strategi yang ditempuh adalah pelaksanaan bongkar ratoon dengan menggunakan bibit bermutu dari varietas unggul yang direkomendasi. Fasilitasi pendanaan APBN diarahkan untuk mengatasi kesulitan petani tebu dalam pembongkaran tanaman ratoon, pembangunan kebun bibit dan bantuan pengairan sederhana.

Pada tahun 2008 telah dilaksanakan pembangunan kebun bibit berjenjang KBP, KBN, KBI dan KBD. Sementara itu dari hasil monitoring dan evaluasi kegiatan di lapangan pada tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut:

Jawa Timur
Lebih dari 95% tanaman tebu di Jawa Timur dikelola oleh rakyat dan program pembangunan kebun bibit telah mampu ditangani pada tingkat benih sebar (KBD) yang dilaksanakan oleh kelompok tani tebu rakyat. Pada tahun 2008 melalui koperasi Primer (Koperasi Usaha Bersama Rosan Kencana) telah diuji coba pengelolaan bibit sejak KBN dengan pengawalan dari P3GI Pasuruan. Komposisi varietas yang ditanam lebih dari 99% merupakan varietas bina dengan dinamika perubahan varietas yang sangat cepat, khususnya di wilayah Kediri dan Sidoarjo. Sementara itu di wilayah Jember, Lumajang, Malang dan Blitar masih didominasi BL, dan wilayah Jombang dan Mojokerto didominasi PS 864.

Varietas yang banyak berkembang di Jawa Timur adalah BL, PS 864, PS 862. Varietas baru PSJT 941, Kidang Kencana/KK, PS 881, PS 882 dan Kentung/KT mulai banyak diminati petani. Kendala utama bahwa ketersediaan bibit varietas baru masih dalam jenjang bibit di Pusat Penelitian yang setara benih penjenis (KBPU). Oleh karena itu apabila harus menunggu proses penjenjangan, maka ketersediaan bibit untuk petani (KBD) akan sangat terlambat. Dengan pola pemuliaan partisipatif dimana adaptasi dan demo varietas telah dilaksanakan di kebun petani, sehingga sumber bibit varietas baru justru telah tersedia di petani. Namun karena tidak dilakukan penjenjangan yang benar, maka antar petani tejadi penjualan bibit varietas baru eks kebun percobaan tanpa adanya penilaian kelayakannya. Oleh karena itu perlu regulasi terbatas agar sasaran peredaran bibit di tingkat petani tetap terawasi dengan mutu, kemurnian dan kesehatan yang baik.

Kelompok tani pembenih tebu profesional banyak berkembang di wilayah Kediri, Jombang, Mojokerto dan Sidoarjo yang mampu melayani kebutuhan bibit di wilayah Jawa Timur lainnya, tetapi juga melayani wilayah Jawa Tengah selatan dan timur, atau sampai ke wilayah Yogyakarta. Pada tahun 2008 bahkan juga melayani kebutuhan di wilayah Jawa Barat. Oleh karena itu pembinaan di tingkat petani pembenih perlu diperkuat dengan regulasi yang mampu memberikan ruang gerak pembenih lebih tepat sasasaran untuk menyediakan bibit bersertifikat. Perlu dipikirkan adanya perubahan konsep penjenjangan benih tebu menjadi klas benih untuk kesetaraan benih pokok dan benih sebar.

Besarnya kebutuhan pelayanan bibit atas varietas unggul yang baru dilepas (PSJT 941, KK, KT, PS 881 dan PS 882), dimana sebagian besar berada pada posisi tanaman tebu giling (PC) yang bibit awalnya dari demo varietas P3GI (yang menerapkan konsep pengujian pemuliaan partisipatif di kebun rakyat), maka regulasi pemeriksaan untuk sertifikasi tidak diperoleh jenjang kebun bibit sebelumnya. Untuk itu perlu dirumuskan aturan terbatas pada kebutuhan varietas tersebut agar sasaran pengawasan peredaran bibit bermutu tetap berjalan sebagaimana tugas pokok dan fungsi BP2MB/Direktorat Teknis Perbenihan Perkebunan.

Kasus yang menonjol adalah kebutuhan varietas masak awal (PS 862, KT, PS 881) dan masak tengah (PSJT 941, KK dan PS 882) yang begitu besar saat ini di wilayah kerja PTPN X dan PTPN XI untuk menggantikan BL dan PS 864, maka P3GI bersama pengawas peredaran BBP2TP mensikapi untuk melakukan monitoring dan evaluasi tanaman PC di kebun rakyat yang layak digunakan sebagai bibit. Kriteria tanaman tersebut layak digunakan sebagai bibit apabila pertumbuhan normal, murni dan sehat, bebas dari penyakit luka api. Sementara itu untuk keperluan bibit KBN, sumber bibitnya harus dilakukan perawatan air panas 50oC selama 2 jam untuk membebaskan penyakit kerdil ratoon.

Jawa Tengah
Jawa Tengah secara tipologi terbagi wilayah pantura barat (Pekalongan, Pemalang, Tegal dan Brebes) yang sebagian besar pengelolaan tanaman tebu pada tanaman pertama (PC) dilaksanakan oleh PG, kemudian dilanjutkan keprasannya oleh petani; sementara itu tanaman tebu di wilayah selatan dan timur (Sragen, Tasikmadu, Klaten, Rembang, Pati, Kudus) hampir seluruhnya dikelola sebagai tanaman tebu rakyat.

Pembangunan kebun bibit di Jawa Tengah umumnya masih terbatas untuk memenuhi kebutuhan tebu sendiri (TS) PG, dan kebutuhan bibit bagi tebu rakyat masih tersedia secara terbatas. Di wilayah Sragen, Tasikmadu, Rembang, Pati dan Kudus dimana sebagian besar tanaman tebu dikelola oleh rakyat sering hanya mengandalkan sumber bibit yang didatangkan dari Jawa Timur (Kediri, Jombang dan Mojokerto). Dana APBN untuk pembangunan kebun bibit di wilayah ini sering tidak terselenggara dengan baik dan digunakan untuk pembelian bibit yang tersedia di Jawa Timur. Oleh karena itu pengaturan penataan varietas melalui penjenjangan kebun bibit tidak berjalan secara baik. Sedangkan di wilayah pantura barat, pembangunan kebun bibit dapat berjalan baik untuk kebutuhan PC PG yang bersangkutan.

Penggunaan varietas bina umumnya mencapai lebih dari 90% okupasi lahan, dimana di wilayah pantura barat terdapat PS 851 (dominan), PS 861, PS 921, PS 951, PS 862 dan PSJT 941. Sedangkan di wilayah selatan dan timur terdapat BL, PS 864 dan PSJT 941 (dominan), PS 851, PS 951 dan PS 862 yang terbatas jumlahnya. Dari kondisi umum tampaknya wilayah pantura barat lebih banyak komposisi varietas masak awal sehingga pada awal hingga pertengahan giling memberikan konstribusi rendemen yang tinggi, tetapi ketika memasuki Agustus hingga akhir giling umumnya tebu sudah banyak kelewat masak dan sebagian mati yang berakibat rendemen turun dan bobot tebu turun. Sementara itu kondisi di wilayah selatan dan timur dominasi masak lambat sehingga rendemen awal giling kurang memuaskan.

Dari komposisi varietas yang ada, wilayah pantura barat perlu segera mengurangi dominasi PS 851 (umumnya >50%) hingga tinggal 30% dan menggantikannya dengan varietas masak lambat (PS 864 untuk tipologi tekstur berat, BL untuk tipologi tekstur ringan), sedangkan wilayah selatan untuk lahan yang mendapatkan pengairan cukup, perlu menanam varietas masak awal (PS 851 dan PS 862). Oleh karena itu secara prinsip komposisi varietas di wilayah Jawa Tengah sudah cukup baik, namun keseimbangan di tingkat wilayah yang kurang tertata varietasnya.

Untuk memperbaiki mutu sumber bibit di Jawa Tengah, kelompok tani dengan KPTR yang ada didorong untuk menyelenggarakan pembenihan sendiri, karena secara pasti kebutuhan bibit (yang setiap tahun harus mengadakan pembelian dari Jawa Timur) dapat dipenuhi oleh kelompoknya. Peran dinas, PG bersama P3GI dapat diperkuat untuk melakukan pembinaan terbentuknya kelompok tani pembenih tebu di Jawa Tengah, sekaligus penataan komposisi yang seimbang untuk memenuhi penataan varietas tebu dapat berjalan dengan baik.

Daerah Istimewa Yogyakarta
Secara umum tanaman tebu di Yogyakarta berada di wilayah Bantul, Sleman, Kulon Progo dan sedikit di Gunung Kidul. Terdapat 9 varietas yang berkebang di wilayah tersebut yang seluruhnya merupakan varietas bina, tetap yang menonjol adalah PS 851, PS 862, PS 864, PS 921, PS 951 dan BL. Pada tahun 2008 perkembangan PS 862 di wilayah cukup air sepert Bantul dan Sleman Barat demikian pesat, dan PSJT 941 serta PS 864 berkembang di lahan kering Kulon Progo dan Gunung Kidul.

Dilihat dari komposisi yang ada pada prinsipnya penataan varietas di Yogyakarta sudah cukup baik, namun jumlah bahan baku tebu untuk memasok PG Madukismo masih sangat kurang, sehingga harus mendatangkan tebu dari wilayah lain dari Jawa Tengah seperti Purworwjo, Temanggung, Magelang dan Sragen. Jumlah kebutuhan bahan baku tebu yang berasal dari luar wilayah inilah yang menjadi kendala utama, dimana penataannya tidak dapat dikendalikan. Oleh karena itu koordinasi yang lebih baik antar wilayah diperlukan agar sasaran peningkatan rendemen dari sumber bahan baku tebu dapat diatur berdasarkan konsep penataan varietas dan prestasi rendemen individu. Dengan demikian pasok untuk awal, tengah dan akhir giling dapat lebih dikendalikan.

Jawa Barat
Sebagian besar wilayah Jawa Barat yang melaksanakan penanaman tebu berada di Kabupaten Cirebon, Majalengka, Subang dan Kuningan. Di wilayah pantura dominasi lahan bertekstur berat, dan hanya sebagian kecil bertekstur ringan. Tipologi lahan umumnya tegalan, dan sebagian kecil berpengairan. Karena daerahnya cenderung datar, maka pada musim penghujan umumnya termasuk kategori tipologi yang rentan gangguan drainasi kebun. Oleh karena itu masalah utama tanaman tebu di Jawa Barat adalah kekurangan air di musim kemarau dan kebanjiran di musim hujan.
Beberapa varietas yang berkembang di wilayah tersebut antara lain PS 851, Kidang Kencana, PSJT 941 dan BL. Melihat kondisi tipologi lahan tersebut, dan berdasarkan kajian adaptasi varietas oleh P3GI, tampaknya PS 864 dan PSJT 941 mempunyai sebaran kesesuaian yang paling luas. Namun PS 864 masih sangat terbatas tersedia, yaitu hasil penangkaran dari kebun petani yang bekas digunakan sebagai percobaan adaptasi dan demo varietas oleh P3GI (pemuliaan partisipatif. Oleh karena itu untuk mempercepat perbaikan komposisi varietas yang ada di Jawa Barat, perlu segera memperbanyak pengadaan PS 864 dan PSJT 941.

Jawa Barat merukan daerah endemik penyakit luka api (Smut). Oleh karena itu dalam adaptasi untuk penataan varietas di wilayah tersebut perhatian yang utama adalah ketahanan terhadap penyakit tersebut. PSJT 941 dan seri yang lain yang dilakukan seleksi awal di Jatitujuh merupakan calon varietas yang tahan terhadap penyakit luka api. Oleh karena itu dorongan untuk pemuliaan ketahanan penyakit luka api pada varietas tebu perlu diperkuat untuk mengatasi masalah di wilayah tersebut.

Sulawesi Selatan
Identifikasi terhadap beberapa varietas yang berkembang di PG Takalar, tampaknya beberapa varietas bina telah tertanam di kebun bibit, antara lain PS 851, PS 862, PS 864, PS 891, BL dan KK. Beberapa varietas non-bina yang banyak berkembang di PG Takalar, antara lain Q 81, TK 163, TK 386 dan Triton. Untuk pengembangan tebu rakyat dengan konsentrasi pada lahan perbukitan sebaiknya hanya disarankan menggunakan varietas PS 864 dan PSJT 941. Sementara itu untuk pengembangan tebu rakyat dengan konsentrasi pada lahan alluvial dengan sumber pengairan yang cukup, disarankan untuk dapat mengembangkan varietas masak awal (PS 862 dan KK) dengan masa tanam Mei-Juli dan ditebang awal giling. Sementara itu PG Camming masih dalam pembenahan, dimana rehabilitasi tanaman lama dengan varietas PS 83-1477, Q 81 dan Triton yang tidak murni. Sambil melaksanakan adaptasi varietas, sementara itu varietas CM 22 (ROC), CM 2021 dan SR 02 mulai dikembangkan di HGU.

Beberapa varietas bina yang jumlah bibitnya masih terbatas, antara lain PS 851, PS 862, PS 864, PSBM 901 dan Kidang Kencana (KK) segera diperbanyak dengan penjenjangan yang baik.

Sumatera Utara
Secara umum varietas yang berkembang di Sumatera Utara adalah F 156 (BZ 134). Beberapa varietas bina yang telah ditanam dalam jumlah terbatas antara lain BL, PS 891 dan PSBM 901. Sementara itu melihat tipologi wilayah dan curah hujan di Sumatera Utara, beberapa varietas bina yang direkomendasi segera dilakukan kajian adaptasi adalah PS 862, PS 881 dan KK, bersama-sama PS 891 dan PSBM 901 segera dipeluas penangkarannya. BL tampaknya sangat rentan terhadap penyakit hangus daun yang telah berkembang di Sumatera Utara, dan F 156 yang telah banyak terserang penyakit kerdil ratoon segera dibongkar diganti varietas baru. Sumber bibit F 156 yang masih sehat dalam jumlah terbatas masih dipertahankan untuk komposisi di pertanaman tebu rakyat.

Penyakit hangus daun dan luka api yang telah tampak di wilayah Sumatera Utara akan menjadi kendala besar dalam pengelolaan varietas tebu di wilayah tersebut. Oleh karena itu adaptasi varietas baru mulai memperhatikan sifat ketahanan terhadap ke dua penyakit tersebut. PSJT 941 yang tahan penyakit luka api dan PSBM 901, KK dan PS 881 yang tahan penyakit hangus daun dapat dipertimbangkan sebagai calon varietas yang segera diperluas apabila adaptasinya cukup baik.

Lampung
Tanaman tebu rakyat di Lampung berkembang luas di wilayah kerja PG Bungamayang, dan dimulai di wilayah kerja PT Gunung Madu Plantation (GMP). Alokasi dana pembangunan kebun bibit dan rehabilitasi tanaman di wilayah tersebut dikelola oleh KPTR Ratu Manis di Bungamayang. Penyelenggaraan kebun bibit dilaksanakan oleh PG, dengan mengingat sebagian besar tebu rakyat di lahan tadah hujan maka varietas yang disediakan adalah PS 864 dan KK. Tampaknya kedua varietas bina tersebut sangat cocok dan diminati petani untuk menggantikan varietas BL yang terserang penyakit hangus daun yang sangat parah di wilayah Lampung. Varietas KK dapat ditebang untuk awal sampai tengah giling, dan PS 864 ditebang pada tengah sampai akhir giling.

Pola kemitraan rintisan tanaman tebu rakyat dilakukan oleh PT GMP. Untuk memenuhi aturan peredaran benih, maka pada tahun 2008 R&D PT GMP telah mengusulkan varietas hasil pemuliaannya yang berkembang di HGU, yaitu RGM 97-8752 dan RGM 97-10120 untuk dilepas menjadi varietas bina menjadi GMP 1 dan GMP 2. Dengan demikian setidaknya terdapat 5 varietas bina yang dapat dikembangkan di Lampung. Sementara itu PSJT 941 yang tampaknya cocok berkembang di HGU PG Bungamayang juga mulai diadaptasikan dan diperbanyak bibitnya untuk tebu rakyat di Bungamayang.

Lampung merupakan daerah endemik penyakit hangus daun (Leaf Scorch). Pengembangan varietas di wilayah tersebut diharapkan memperhatiakan ketahanannya terhadap penyakit tersebut. PSBM 901, PS 881, GMP 1 dan GMP 2 merupakan varietas yang tehan penyakit hangus daun. Hal utama yang perlu diperhatikan agar sumber bibit tebu dari wilayah Lampung tidak diedarkan ke wilayah lain. Apabila terpaksa harus didatangkan dari Lampung, jumlahnya terbatas dan bebar dari daun klaras yang membawa spora penyakit hangus daun, yang mampu menyebar kepada varietas lain yang tidak teruji di wilayah yang lain.

Gorontalo
Beberapa varietas di PG Gorontalo masih didominasi PS 58 dan BZ 148. Sementara itu beberapa varietas lainnya seperti PS 80-1649, PS 862 dan varietas ex RNI masih sedikit. Untuk tahap pertama langkah yang dapat ditempuh adalah mengoptimalkan sumber bibit yang telah tersedia di PG, antara lain PS 58, PS 80-1649 dan PS 862.

Mengingat masih terbatasnya jumlah varietas tebu yang ada, maka segera dilakukan percepatan perbanyakan varietas dari koleksi Litbang PG yang menunjukkan kesesuaian dengan tipologi lahan tebu di Gorontalo. Beberapa varietas bina yang sudah tersedia di koleksi Litbang antara lain PS 851 PS 862, PS 864, BL dan KK. Disamping itu sedang dilakukan kajian adaptasi varietas harapan dengan kode Lakeya (LK) 01, LK 04, LK 06 dan LK 12. Rekomendasi terbatas diberikan untuk varietas harapan selama 2 tahun agar diikuti data adaptasinya untuk proses pengusulan pelepasan.

Kalimantan Barat
Kalimantan Barat, khususnya di Teluk Keramat, Kab. Sambas merupakan daerah rintisan tanaman tebu untuk gula merah.Terdapat dua varietas yang bertahan sampai saat ini yang digunakan sebagai varietas tebu yang cocok untuk pembuatan gula merah, yaitu CP 52-21 dan NCo 376. Melihat potensi rendemen gula merah yang dihasilkan dan kesesuaian pertumbuhan, tampaknya CP 51-21 lebih disukai dan dikembangkan lebih luas oleh masyarakat. Sejak tahun 2007, varietas unggul baru PS 862, PS 864 dan PSJT 941 telah didatangkan dari Pasuruan. Untuk mengetahui daya adaptasi varietas unggul baru segera dilakukan kajian adaptasi atas varietas-varietas tersebut. Untuk itu adaptasi varietas unggul baru di wilayah Sambas segera dilakukan agar terdapat alternatif pendamping CP 51-21 yang telah lama berkembang, dalam memperbaiki komposisi varietas komersial untuk gula merah rakyat di Kalimantan Barat.

Sumatera Barat
Budidaya tanaman tebu di Sumatera Barat masih sangat awam. Terbukti dari sekitar 3.000 ha tanaman tebu di Kabupaten Agam masih sangat sederhana dikelola dengan teknik budidaya masyarakat sebagaimana tanaman tahunan. POJ 2878 dan POJ 100 tampaknya cukup berkembang di wilayah terebut, dikelola untuk bahan baku industri gula merah. Evaluasi yang ada di wilayah tersebut belum ditemukan hama penggerek batang dan penggerek pucuk yang dapat mengganggu varietas tersebut. Oleh karena itu sangat dianjurkan agar tidak mendatangkan bibit tebu dari wilayah lain tanpa dilakukan proses perawatan air panas, agar sumber hama penggerek tidak terbawa ke wilayah Agam.

Rintisan tanaman tebu Kabupaten Dhamasraya oleh swasta (PT Semesta Sejahtera), yang telah mendatangkan bibit dari P3GI, membawa dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara sudah mulai diadaptasikan. Beberapa varietas yang tampaknya cocok dikembangkan di wilayah tersebut antara lain PS 862, PS 864, PSJT 941 dan Kidang Kencana. Dari pengamatan kebun telah tampak beberapa penyakit daun (noda kuning, karat daun) dan hama penggerek batang dan penggerek pucuk di wilayah tersebut. Hal ini dimungkinkan karena metode untuk mendatangkan bibit tebu tidak melalui prosedur perawatan air panas, kecuali yang didatangkan dari P3GI (dalam bentuk budset). Perusahaan swasta telah menerapkan teknologi budidaya yang sesuai standar. Oleh karena itu untuk pembelajaran petani tebu di wilayah lain (Kab. Agam) dapat diajak studi banding ke Dhamasraya untuk memperbaiki teknik budidaya tebu di wilayah tersebut (Ir. Eka Sugiyarta, MS, Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia).

Sumber: Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi

Persamaan dan Perbedaan antara Bisnis pariwisata dan Industri pariwisata.

Nama: Sugianto
NPM : 364 099 42
Kelas : 1 ID 05
Dosen : Drs. Sugito Martodiwiryo

Persamaan dan Perbedaan antara Bisnis pariwisata dan Industri pariwisata.

Bisnis Pariwisata adalah
Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti "sibuk" dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.
Dalam ilmu ekonomi, bisnis Pariwisata adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa berkaitan dengan pariwisata kepada konsumen atau bisnis lainnya,
Industri Pariwisata adalah
Industri secara umum adalah kelompok bisnis tertentu yang memiliki teknik dan metode yang sama dalam menghasilkan laba. Misalnya "industri musik", "industri mobil", atau "industri ternak".
Industri Pariwisata secara umum adalah kelompok bisnis dibidang pariwisata yang memiliki teknik dan metode yang sama dalam menghasilkan laba atau keuntungan.

Persamaan antara Bisnis Pariwisata dan Industri pariwisata adalah
Industri secara umum adalah kelompok bisnis tertentu yang memiliki teknik dan metode yang sama dalam menghasilkan laba. Misalnya "industri musik", "industri mobil", atau "industri ternak".
Istilah industri juga digunakan bagi suatu bagian produksi ekonomi yang terfokus pada proses manufakturisasi tertentu yang harus memiliki permodalan yang besar sebelum bisa meraih keuntungan. Dalam kasus ini sebenarnya lebih tepat disebut industri besar.

KESANTUNAN PARAGRAF

Nama: Sugianto
NPM : 364 099 42
Kelas : 1 ID 05
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen : Drs. Sugito Martodiwiryo

KESANTUNAN PARAGRAF

Paragraf merupakan bagian karangan yang terdiri atas beberapa kalimat yang berkaitan secara utuh dan padu serta membentuk satu kesatuan pikiran. Apabila sebuah paragraf itu bukan paragraf deskriptif atau naratif, secara lahiriah paragraf itu berupa:
• kalimat topik atau kalimat utama;
• kalimat pengembang atau kalimat penjelas;
• kalimat penegas;
• kalimat, klausa, prosa, dan penghubung.

Dalam sebuah karangan yang utuh, fungsi utama paragraf yaitu
• untuk menandai pembukaan atau awal ide/gagasan baru,
• sebagai pengembangan lebih lanjut tentang ide sebelumnya, atau
• sebagai penegasan terhadap gagasan yang diungkapkan terlebih dahulu.

PERSYARATAN PARAGRAF YANG BAIK
1. Kepaduan Paragraf
Untuk mencapai kepaduan, langkah-langkah yang harus anda tempuh adalah kemampuan merangkai kalimat sehingga bertalian secara logis dan padu, yaitu menggunakan sebuah kata penghubung. Terdapat dua jenis kata penghubung, yaitu kata penghubung intrakalimat dan kata penghubung antarkalimat. Kta penghubung intrakalimat adalah kata yang menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat. Sedangkan kata penghubung antarkalimat adalah kata yang menghubungkan kalimat yang satu dengan yang lainnya. Contoh kata penghubung intrakalimat yaitu karena, sehingga, tetapi, sedangkan, apabila, jika, maka, dan lain-lain. Contoh kata penghubung antarkalimat yakni oleh karena itu, jadi, kemudian, namun, selanjutnya, bahkan, dan lain-lain.
Selanjutnya, ada cara lain agar paragraf menjadi padu, yakni mengulang kata kunci terakhir menjadi awal kalimat selanjutnya.
2. Kesatuan Paragraf
Syarat paragraf yang baik adalah adanya kesatuan. Kesatuan berarti setiap paragraf hanya mengandung satu pokok pikiran yang diwujudkan dalam kalimat utama. Klimat utama yang diletakan diawal paragraf dinamakan paragraf deduktif, sedangkan kalimat utama yang diletakkan di akhir paragraf disebut paragraf induktif.
Terdapat cirri-ciri dalam membuat kalimat utama, yakni kalimat yang dibuat narus mengandung permasalahan yang berpotensi untuk diperinci atau diuraikan lebih lanjut. Ciri-ciri yang lain yaitu kalimat utama dapat dibuat lengkap dan berdiri sendiri tanpa memerlukan kata penghubung, baik kata penghubung itrakalimat ataupun antarkalimat.
3. Kelengkapan Paragraf
Sebuah paragraf dikatakan lengkap apabila di dalamnya terdapat kalimat-kalimat penjelas secara lengkap untuk menunjukan pokok pikiran atau kalimat utama. Ciri-ciri klimat penjelas yaitu berisi penjelasn berupa rincian, keterangan, contoh, dan lain-lain. Kelengkapan paragraf berhubungan dengan cara mengembangkan paragraf. Paragraf dapat dikembangkan dengan cara, pertentangan, pebandingan, analogi, contoh,sebab akibat, definisi, dan klasifikasi.


PENGEMBANGAN PARAGRAF
Paragraf dapat dikembangkan dengan cara yaitu
1) Cara Pertentangan
Biasanya menggunakan ungkapan-ungkapan seperti berbeda dengan, bertentangan dengan, sedangkan, lain halnya dengan, akan tetapi, dan bertolak belakang.
Contoh paragraf:
Setelah Indonesia membatalkan pembelian pesawat tempur F-16 dari AS, pesawat Mirage 200 dari Prancis, dan Mig-19/Fulcrum, pemerintah memutuskan untuk membeli Sukhoi-30 dari Rusia. Menurut Habibie, pesawat tempur Sukhoi-30 memiliki keunggulan, terutama dalam Aerodinamika. Selanjutnya, beliau mengemukakan bahwa kewenangan untuk memilih pesawat tempur yang akan dibeli berada pada TNI. Akan tetapi, menurut ketua Bappenas, pilihan jenis pesawat tempur pengganti F-16 akan diumumkan minggu depan.
2) Cara Perbandingan
Biasanya menggunakan ungkapan seperti serupa dengan, seperti halnya, demikian juga, sama dengan, sejalan dengan, akan tetapi, sedangkan, sementara itu.
Contoh paragraf:
Bangsa Indonesia masih perlu berjuang terus dalam mengatasi masalah kependudukan. Salah satu faktor perhatian yang layak diketahui masyarakat adalah mengenai tanggung beban negara karena banyaknya generasi muda dan meningkatnya usia lanjut. Ketika Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan, 17 Agustus 1945, oleh Soekarno-Hatta, jumlah penduduk kita sekitar 70 juta jiwa, sedangkan hasil sensus penduduk tahun 1961 berjumlah 97 juta jiwa. Sejak kemerdekaan hingga kini, penduduk Indonesia telah berkembang hingga tiga kali lipat yakni 203,45 juta jiwa.
3) Cara Analogi
Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan objek lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan. Biasanya, pengembangan analogi dilakukan dengan bantuan kiasan. Kata-kata yang digunakan seperti ibaratnya, seperti, bagaikan.
Contoh paragraf:
Dalam persoalan poso kita memang diingatkan bahwa penanganannya tidaklah mudah. Ibaratnya kita diminta untuk memegang telur.kalau terlalu keras memegangnya, telur itu akan pecah, tetapi kalau terlalu longgarjuga akan pecah karena akan terlepasdari tangan.
4) Cara Contoh-Contoh
Kata-kata yang dipergunakan yaitu seperti, misalnya, contohnya.
Contoh paragraf:
Selain tipe introvert, sifat manusia adalah ekstrover. Tipe ekstover adalah orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkankeluar dirinya, kepada orang lain, dan kepada masyarakat. Orang yang tergolong tipe ekstrover memiliki sifat-sifat tertentu, contohnya berhati terbuka, lancer dalam pergaulan, ramah tamah, penggembira, mudah memengaruhi.
5) Cara Sebab Akibat
Cara ini dilakukan jika menerangkan suatu kejadian, baik dari segi penyebab maupun dari segi akibat. Kata-kata yang dipergunakan yaitu padahal, akibat, oleh karena itu, karena.
Contoh paragraf:
Dampak merebaknya penyebaran virus sindrom pernapasan akut parah (Severe Acute Respiratory Sindrome/SARS) dari negeri Jiran, Singapura, mulai mengancam bisnis perhotelan di Batam. Akibatnya, jumlah tamu baik dari luar negeri maupun dalam negeri merosot hingga tingkat hunian hotel di Batam berkurang hingga sepuluh persen. Demikian kata Publish Relation Manager Goodway Hotel Puri Garden, Budi Purnomo, dan pengusaha Novotel Hotel, Anas, ketika dihubungi Kopas di Batam.
6) Cara Definisi
Biasanya menggunakan kata-kata adalah, yaitu, ialah, dalam suatu paragraf.
Contoh paragraf:
Sebagai Bangsa Indonesia, sudah semestinya kita mengenal tokoh-tokoh pahlawan. Pahlawan yaitu orang yang berjuang dan berjasa dalam membangun negara kita, Indonesia. Didalam Sinetron yang ditayangkan televise, tokoh yang berjiwa pahlawan tidak digambarkan menurut semestinya. Kita dapat mengenal tokoh pahlawan bangsa melalui berita, cerita guru, buku-buku sejarah Indonesia, atu biografinya .
7) Cara Klasifikasi
Merupakan suatu cara pemngembangan paragraf melalui pengelompokan berdasarkan ciri-ciri tertentu. Ungkapan yang biasa dijumpai yaitu dibagi menjadi, digolongkan menjadi, terbagi menjadi, mengklasifikasikan.
Contoh paragraf:
Seharusnya Indonesia menerapkan program kesejahteraan sejak awal kemerdekaan. Program jamsostek baru dimulai pada tahun 1976 sehingga Indonesia tertinggal membentuk tabungan nasional. Padahal Malaysia sudah memulai sejak tahun 1959. akibatnya saat krisis melanda asia pada 1997/1998, Indonesia paling sulit untuk bangkit lagi. Oleh karena itu,Indonesia perlu melakukan reformasi penyelenggaraan program jaminan social.

URBANISASI PASCA LEBARAN

URBANISASI PASCA LEBARAN

Disusun Oleh :
Nama/NPM/Kelas : SUGIANTO/364 099 42/1ID05
ILMU SOSIAL DASAR
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2009




DAFTAR ISI
BAB I (Pendahuluan)
1,1 Pendahuluan
1,2Tujuan
1.3 Sasaran
BAB II (Permasalahan)
2.1 Kekuatan (strength)
2.2 Kelemahan (weakness)
2.3 Peluang
2.4 Tantangan
BAB III (Kesimpulan dan Rekomendasi)
1.Kesimpulan
2.Rekomendasi
REFERENSI










1,BAB 1
1.1 Latar Belakang
Pengertian & Definisi Urbanisasi : Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.
Hal yang menjadi latar belakang pada terjadinya Urbanisasi Pasca Lebaran dikarenakan adanya pengaruh-pengaruh atau ajakan dari orang-orang yang merantau kekota, khususnya Ibukota Jakarta, Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong, memaksa atau faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam bentuk yang menarik perhatian atau faktor penarik.
Di bawah ini adalah beberapa atau sebagian contoh yang pada dasarnya dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan urbanisasi perpindahan dari pedesaaan ke perkotaan.
A. Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi
1. Kehidupan kota yang modern dan mewah
2. Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap
3. Banyak lapangan pekerjaan di kota
4. Di kota banyak cewek cantik dan cowok ganteng
5. Pengaruh buruk sinetron indonesia
6. Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih baik dan berkualitas
B. Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi
1. Lahan pertanian yang semakin sempit
2. Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
3. Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
4. Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
5. Lapangan pekerjaan yang terbatas.
Tetapi dari kenyataan yang ada ,seperti diterminal-terminal,di stasiun,masih kita lihat kurangnya ketegasan para polisi dan aparat yang bertugas untuk mengawasi para pendatang yang tidak punya Keahlian bahkan tanpa Tanda pengenal, sehingga banyak dari mereka yang lolos dari jaringan Para Aparat penegak hukum.dan akhirnya mereka bisa dengan mudah masuk dan tinggal di Ibukota.
1.2 Tujuan
Tujuan yang terjadi dari peristiwa ini adalah enaknya kehidupan di Ibukota, padahal kalau kita telusuri dengan cermat, banyak para pelancong dari desa menjadi tuna wisma dan hidup susah, padahal keinginan mereka hidup di Jakarta atau kota-kota besar lainnya hanya untuk sukses, namun hanya beberapa orang saja yang punya keahlian dan tekat yang pantang menyerah yang sukses dan berhasil, kenyataannya banyak dari mereka (hampir 65% para perantau) mengalami kehidupan yang lebih susah (dibawah garis kelayakan hidup) diIbu kota dari pada di pedesaan.
Padahal jikalau kita merencanakan program-program yang berguna bagi desa (seperti program desa siaga), mungkin desa akan makmur dan tujuan dari orang-orang tersebut bisa terpenuhi secara Layak, karena masih banyaknya SDA yang belum dimanfaatkan sebaik-baiknya, kurangnya Teknologi dan SDM yang baik didaerah pedesaan.

Dan tujuan lainnya untuk menghimbau kepada para perantau tersebut untuk tidak terlalu percaya perkataan orang-orang dan media elektronik maupun massa yang menyatakan bahwa hidup di perkotaan enak dan jangan mudah tertarik jika diajak orang (terlebih saudara) untuk bekerja disana, karena baik di kota maupun di desa mencari uang bukan hal yang mudah, masih banyaknya bukti-bukti bahwa perusahaan itu hanya mampu mengontrak dan lebih parahnya lagi gaji kita mungkin dibawam UMR (Upah Minimum Regional).
1.3 Sasaran
Hal yang menjadi sasaran para pelancong biasanya orang-orang yang baru lulus dari sekolah menengah, baik dasar (SMP) maupun atas (SMA atau SMK), merka diceritakan bahwa enak hidup di kota, padahal kenyataannya sangat pahit sekali.
Dan saya membuat tulisan artikel (makalah) ini agar mastarakat desa sadar bahwa hidup di kota tidak semudah yang mereka pikiran, bahkan lebih parah daripada hidup di desa, nah lewat tulisan (makalah) inilah saya akan ungkapkan apa saja yang terjadi jika anda berurbanisasi, apalagi pasca Lebaran dimana banyaknya orang yangingin mengadu nasib di Ibukota.











2.BAB II
PERMASALAHAN
Ada hal-hal yang menjadi permasalahan pada setiap peristiwa, dalam hal ini adalah peristiwa Urbanisasi. Kesempatan mendapatkan pekerjaan di perkotaan membuat banyak orang melakukan migrasi dari desa ke kota, hal ini banyak pepatah yang mengatakan bahwa “Aroma kota bagaikan penarikan perhatian para pelancong-pelancong muda” atau “ Aroma sedap dapat mengundang para orang-orang yang lapar”, itulah yang menjadi semboyan bagi para urbanisme yang baru dating ke kota, nah dalam hal ini saya akan menjelaskan bagaimana dampaknya peristiwa Urbanisasi ini apa lagi pasca lebaran saat lalu dengan menggunakan metode SWOT (Stregth (Kekuataan), Weaknees (Kelemahan), Opportunity (Peluang), dan Threat (Tantangan).
2.1 Urbanisasi dilihat daru segi Kekuatannya(Stregth)
A.Banyak dari orang desa melihat bahwa hidup di kota atau daerah-daerah yang sudah maju istilahnya, itu mengasyikan dan juga enak, karena mereka melihat di media cetak maupun media elektronik bahwa hidup di kota itu bisa menjadi kaya dan sukses, hal ini tersebut dibuat oleh orang-orang tersebut untuk pergi ke kota, baik itu Jakarta, Bandung, maupun kota-kota besar lainnya, tetapi kebanyakan orang tertarik kepada Ibukota Negara Indonesia, Jakarta.
Hal ini pula juga berpengaruh kepada pendapatan (income) DKI Jakarta dari tahun ke tahun , dikarenakan banyak para perantau ini yang sukses karena mereka memiliki keahlian dan juga kepintaran diatas rata-rata orang, apa lagi ketika arus balik mudik pasca lebaran, banyak orang-orang atau saudara untuk bekerja di kota karena mereka bercerita bahwa hidup di kota enak, mereka bisa mendapatkan barang-barang pokok itu sangatlah mudah, daripada di pedesaan, mencari barang-barang pokok saja sudah susah, harus menunggu panen, agar bisa membeli barang-barang tersebut denga murah, hal itulah mereka mengajak para saudaranya yang baru lulus sekolah ataupun yang tidak punya pekerjaan diajak untuk bekerja ke kota, sehingga pada pasca lebaran tahun ini banyak sekali orang-orang yang membawa sanak keluarganya hanya untuk mencari uang di kota (bekerja) baik itu sebagai buruh, pegawai kantor maupun salesman, bahkan kekuatan dari Urbanisasi inilah membuat banyaknya orang-orang beramai-ramai
datang ke Jakarta, bahkan ketika orang-orang mudik ada juga yang berurbanisasi ke kota, menurut pengamatan yang saya lakukan selama beberapa Lebaran berturut-turut ketika lebaran tahun ini, mereka kebanyakan menjadi peminta-minta, penukar uang kecil, ataupun lainnya yang dimana banyaknya daerah wisata seperti Ancol, atau Monas yang didatangi oleh orang-orang yang malas mudik, jadi istilah urbanisasi pasca lebaran itu terjadi baik sebelum lebaran maupun lebaran itu sudah lewat, karena banyaknya peluang untuk mencari keuntungan pasca lebaran berlangsung.
B. Selain itu pula selama arus balik banyak diantara perantau tersebut menyatakan bahwa “saya akan sukses dan berhasil disini, karena saya dengar hidup di Jakarta itu enak sekali !”,. Dan apalagi banyaknya peluang kerja yang menjadi target utama para perantau tersebut, sehingga mereka berpendapat bahwa perkataan orang-orang tentang bekerja di kota itu enak adalah benar.
Nah itulah kekuatan dari urbanisasi pasca lebaran yang lalu, banyak orang-orang yang tadinya mudik sendirian, ketika balik mereka mengajak sanak keluarganya, alasanya bahwa saya lebih enak di kota, karena kalau di desa saya tidak punya penghasilan apa-apa, paling-paling hanya duduk diam dan menggarap sawah sendiri maupun orang lain dan itupun penghasilannya untuk makan sehari-hari saja, tidak untuk masalah yang akan datang , itulah kenapa banyak sekali para perantau yang datang ke Jakarta dan hal ini pula yang membuat perekonomian dan aktifitas pekerjaan di DKI Jakarta meningkat.
2.2 Urbanisasi dilihat dari segi Kelemahannya (Weaknees)
Banyak kelemahan yang terdapat pada urbanisasi pasca lebaran, dari tahun ke tahun banyak dari para perantau tersebut yang mengalami depresi ketika pulang ke kampong halamannya (mudik) pada waktu lebaran, walaupun ada pula yang senang ketika mudik dengan tidak memperlihatkan wajah yang cemberut atau sedih, karena hari itu adalah hari lebaran, hari kegembiraan bagi umat Islam, sehingga mereka tampak senang, walau dihati mereka malas balik ke kota, mereka harus balik ke kota untuk mencari uang.
Hal ini saya perhatikan ketika menonton di televisi, banyak orang mudik setelah seminggu lebaran, tetapi banyak dari mereka yang kecewa karena tiket untuk mudik masih sama harganya pada waktu sebelum lebaran, terlaru berharap terlanjur kecewa, iulah pepatahnya.
Seperti yang saya katakana di kekuatan urbanisasi pasca lebaran, banyak dari mereka yang tergiur dengan kehidupan kota yang mengasyikan, namun kenyataannya didaerah pinggiran perumahan yang biasanya menjadi tempat kontrakan para buruh pabrik dan juga mereka beanggapan bahwa
hidup di kota bisa sukses, namun kenyataanya meralka dihadapkan dengan masalah yang lebih berat lagi dibandingkan masalah yang dihadapinya di desa, mereka harus bekerja pagi pulang sore (untuk buruh) dan jikalau terjadi kesalahan pada pekerjaan kita, kita harus menanggung semua biaya dari kesalahan tersebut dengan pemotongan gaji, hal ini disebabkan karena tidak adanya kesiapan dari mereka yang bekerja di Ibukota.
Banyak hal yang ada pada kelemahan urbanisasi pasca lebaran, mereka mengambil moment lebaran untuk bisa pegi ke Ibukota, sehingga Ibukota DKI Jakarta bertambah padat saja, padahal pabrik-pabrik industri adanya disekitar pinggiran kota, bukannya di Ibukota, mereka beanggapan di Ibukota banyak pabrik-pabrik, nyatanya hanya kantor-kantor redaksi yang menerima lulusan minimal S1 (Strata 1/ Sarjana 1), tetapi orang-orang desa hanya mungkin lulusan maksimal SMA, jadinya hanya bisa jadi buruh saja.
Dan juga urbanisasi pasca lebaran membuat para perantau tersebut mengalami kesusahan, yang tadinya dari kampung membawa uang, setelah di kota menjadi pemulung tidak ada uang atau pedagang asongan, sehingga mereka malu kalau pulang tidak bawa uang, mereka menetap di Ibukota jadi tuna wisma tidak berumah.
Selain itu jikalau kita lihat dari sudut pandang arus balik, bisa dapat dipastikan bahwa urbanisasi pasca lebaran tahun ini meningkat 2,5%, karena dilihat dari banyaknya pemudik yang mudik dibandingkan banyak pemudik yang balik, dan apalagi masalah pertama yang dihadapi para perantau pasca lebaran yaitu arus balik yang menyesakan, karena jikalau kita naik kereta api ataupun kapal laut akan berdesak-desakan, dan kalau naik bus akan terkena macet yang sangat panjang, bagus kalau busnya AC, kalau patas pastilah kepanasan menunggu, dan apagi jika naik pesawat tiketnya kemahalan.
Wah pastilah repot jikalau urbanisasi apalagi pasca lebaran yang dimana harga tiketnya 2-3 kali lipat dari harga standar, itulah masalah-masalah yang akan dihadapi jikalau urbanisasi dan lagi itu adalah kelemahan sejati urbanisasi pasca lebaran yang mungkin tidak dapat diubah dari waktu ke waktu.


2.3 Peluang urbanisasi pasca lebaran
Banyaknya peluang yang ada pada peristiwa urbanisasi pasca lebaran, diantaranya digunakannya moment sebelum lebaran oleh para pemalas untuk dating ke kota-kota besar sebagai peminta-minta, karena moment tersebut diadakan setahun sekali dan dimana jikalau jita bersedekah kepada orang miskin, akan mendapatkan pahal yang berlipat ganda.
Namun tidak hanya peluang para orang-orang malas yang menjadi pengemis, adapula orang yang datang ke kota-kota besar yang tujuannya adalah tempat wisata, seperti Ancol, Puncak, TMII dan lain-lain. Mereka berjualan didaerah tersebut demi mendapatkan untung yang berlipat dikarenakan banyak para pedagang didaerah yersebut yang mudik, sehingga para perantau tersebut memanfaatkan moment yang meguntungkan ini, tetapi hal ini menjadi masalah, banyak diantaranya pedagang baru ini tudak tahu tata tertib kebersihan, sehingga objek wisata tersebut mengalami kekotoran yang luar biasa.
Peluang yang terjadi pada urbanisasi ini Cuma berlangsung hanya beberapa hari saja, paling lama juga 2 minggu ketika pasca libur bersama mulai berakhir yang telah ditetapkan Pemerintah pusat ataupun daerah.Nah dalam waktu yang singkat itulah terjadi urbanisasi dengan skala bidang menengah, mungkin sekitar 25% dr jumlah seluruh warga Ibukota yang mudik, namun hal ini pula yang membuat jengkel para orang-orang di kota-kota yang tidak mudik, karena bedanya sifat-sifat orang-orang tersebut dengan orang-orang biasanya.
Menurut data yang saya lihat di internet, hamper sekitar Rp 150.000-Rp 300.000 perhari keuntungan yang didapat oleh para pengemis dan pedagang asongan tersebut, padahal jikalau dihari biasanya pengemis dan pedagang tersebut hanya mendapat untung sekitar Rp 5.000-Rp 30.000 saja perhari, sedangkan pada pasca lebaran naik menjadi sekitar 20 kali lipatnya, bukankah itu nilai yang cukup fantastis.
2.4 Tantangan pada urbanisasi pasca lebaran
Tantangan yang ada pada urbanisasi pasca lebaran yaitu tantangan yang diterima para perantau setelah usai lebaran, hal ini dikarenakan mulai aktifnya para pegawai baik pemerintahan maupun swasta.
Hal-hal yang menjadi tantangan bagi parra perantau adalah susahnya mencari uang di Ibukota, karena banyaknya para perusahaan yang tidak terlalu memerlukan para perantau tersebut, para perusahaan mengkontrak
6
mereka dengan batas waktu yang ditetapkan, dan apalagi jika lebih parahnya lagi, para perantau tersebut harus membayar kerugian perusahaan dengan uangnya sendiri atau pemotongan gaji yang diterima seperti yang saya jelaskan di subbab kelemahan jika kita tidak giat bekerjanya dan melakukan kesalahan yang sangat fatal bagi pendapatan perusahaan tersebut.
Tantangan urbanisasi ke Ibukota cukup susah, karena selain pintar, mereka harus memiliki daya juang yang tinggi dan juga mereka harus rajin mempekerjakan semua pekerjaannya yang diperintahkan atasan dengan tidak boleh mengeluh jikalau mendapatkan pekerjaan yang berat. Itulah tantangan yang harus dimiliki para perantau tersebut, namun juga jangan keenakan bagi perusahaan memberi gaji pegawai atau buruh dengan memberi pekerjaan yang tidak sesuai dengan gajinya (pekerjaan yang berat), yakni dimana pegawainya digaji rendah dengan gaji dibawah UPM (Upah Pekerja Minimum), biasanya UPM didaerah DKI Jakarta seklitar Rp 1.250.000.
Bukanya para perantau yang mendapat tantangan, hal ini juga bisa ditujukan kepada Pemerintah daerah khususnya DKI Jakarta, karena pertambahan jumlah penduduk DKI Jakarta dari tahun ke tahun naik, apalagi banyak para perantau yang datang ke Jakarta ketika arus balik tiba, padahal Pemda Jakarta melarang orang-orang tersebut datang ke Jakarta, namun apa dikata 1 pegawai harus memperhatikan 1000 orang? Itu hal yang mustahil bukan!, apalgi dengan memeriksa KTP setiap orang yang datang ke Jakarta, wah itu sangat merepotkan sekali, oleh sebab itulah hal ini adalah tantangan bagi Pemda untuk menghimbau masyarakat pedesaan agar tidak datang ke Jakarta

A. Kekuatan
Kesimpulan yang telah saya buat dari pengamatan urbanisasi pasca lebaran diantaranya :
a. Banyaknya informasi yang menyatakan bahwa hidup di kota-kota besar mengasyikan dan menyenangkan.
b. Jikalau bekerja di kota –kota besar, akan sukses.
c. Banyaknya peluang kerja yang mungkin di dapat oleh para perantau tersebut dengan modal keberanian saja.
d. Meningkatnya pendapatan APBD Pemda kota-kota besar, dikarenakan pembayaran pajak dan lain-lain.
e. Mudahnya mendapatkan keuntungan besar jikalau bekerja di kota-kota besar.
Nah cuma itu saja kesimpulan dari kekuatan urbanisasi pasca lebaran
B. Kelemahan
Hal-hal yang menjadi kelemahan urbanisasi yang dapat saya simpulkan diantaranya :
a. Tidak adanya lapangan kerja yang memadai, hal ini bertolak belakang dengan pemikiran para perantau tersebut.
b. Susahnya mencari tempat tinggal yang nyaman dan murah, didaerah tersebut biasanya mencampai harga Rp 500.000/bulan untuk rumah seluas 2,5m x 4m.
c. Banyaknya para perantau yang menjadi pengangguran di kota-kota besar.
d. Banyaknya perusahan yang tidak mau menanggung rugi jikalau pegawai tersebut mengalami kesalahan dalam pekerjaanya, dengan menyuruh pegawai tersebut mengganti seluruh kerugian yang telah diperbuatnya.
e. Repotnya datang ke kota-kota besar dengan naik kendaraan umum yang menjadi kendaraan khusus bagi para penumpang yang tidak terlalu memiliki banyak budget (uang) dalam perjalanannya.
Itulah yang dapat saya simpulkan.
C. Peluang
Hal-hal yang menjadi peluang pada urbanisasi pasca lebaran diantaranya yaitu:
a. Banyaknya keuntungan yang didapat jikalau berdagang dan meminta-minta pada moment 3 hari sesudah dan sebelum lebaran.
b. Banyaknya pekerjaan yang ada dalam kurun 2 minggu tersebut, karena banyaknya pegawai-pegawai swasta yang mudik, hal ini dimanfaatkan untuk mencari pekerjaan sementara (musiman).
c. Kurangnya pengawasan terhadap daerah kota-kota besar, sehingga dimanfaatkan untuk menjadi pengemis di daerah umum.
Itulah hal-hal yang dapat saya simpulkan.

D. Tantangan
Hal-hal yang menjadi tantangan dalam urbanisasi pasca lebaran diantaranya :
a. Banyaknya persaingan untuk mencari pekerjaan di kota-kota besar.
b. Harus adanya keahlian dan kreatifitas khusus yang harus dimiliki oleh para pekerja tersebut.
c. Harus adanya persiapan jikalau mendapatkan pekerjaan yang berat.
d. Harus adanya persiapan jikalau dikontrak kerja oleh perusahaan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
e. Harus telitinya para Pemda disekitar kota-kota besar dengan mensiagakan datangnya para perantau tersebut ke kota-kota besar seperti DKI Jakarta.
Nah itulah yang dapat saya simpulkan.





















BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan yang saya nyatakan di bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa urbanisasi pasca lebaran tersebut disebabkan oleh beberapa factor pendorong dan penarik diantaranya impian sukses di Ibu kota ,dengan jumlah pendatang yang tiap tahunnya makin meningkat maka permasalahan yang timbulpun semakin banyak dan kompek.
3.2 Saran
Ada beberapa saran yang mungkin akan dilaksanakan demi kepentingan bersama, ya walaupun belum tentu kritik dan saran ini ini diterima dengan sukarela dikarenakan kurangnya budget yang didapat dari Departemen Sosial dan Kebudayaan Indonesia.
Inilah kritikan dan saran yang saya buat :
a. Harus adanya kesadaran para perantau tersebut, karena sudah banyak buktinya bahwa hidup diperkotaan tidak semudah yang mereka pikirkan, mereka harus memiliki keatifitas yang tinggi.
b. Diperluhkannya penjelasan bahwa hidup di kota tidak semudah yang dipikirkan, penjelasan tersebut bias berupa gambar, cerita, ataupun acara panggung kesenian yang sering diadakan oleh televise swasta dan pemerintah.
c. Kurang tegasnya pegawai Pemda, karena kurangnya kesadaran yang ada pada pegawai pemerintahan tersebut.
d. Diperluhkannya pegawai Pemda tambahan disekitar daerah perkotaan, terutama di stasiun dan terminal, agar dapat dikontrol perkembangannya.
e. Pelu adanya kebijakan pemerintah agar para perantau yang menjadi pengemis dan yang tidak sukses dipulangkan ke kampong halamannya, namun kalau tidak mau dibuatkanlah kamp pengungsian bagi para pengemis tersebut dan melatihnya dengan keterampilan yang membut mereka tidak malas.
f. Perlu adanya fasilitas yang lengkap didaerah pedesaan.
g. Adanya perintah umum bagi masyarakat pedesaan agar tidak menjual sawah-sawahnya.
h. Perlu adanya sekolah-sekolah menengah kejuruan didaerah-daerah khususnya wilayah pedesaan disekitar Jawa timur ,jawa tengah,Klimantan, Sulawesi, dan Papua.
i. Ditanamkannya rasa cinta kepada kampung halamannya sendiri semenjak kecil.
j. Memasukan teknologi disekitar daerah-daerah pedesaan yang belum mengerti istilah teknologi tersebut. k. Pemerintahan daerah-daerah supaya lebih focus untuk membuka lapangan kerja yang luas,meningkatkan Qualitas SDM ,SDAdan support terhadap perkembangan Industri di daerah tersebut..
Nah itulah yang dapat saya sarankan, jika saya keterlaluan dalam memberi saran, saya mohon maaf.
Seperti yang saya katakan di bab ini, permasalahan dan saran yang terdapat pada urbanisasi pasca lebaran sangatlah banyak, itulah kenapa Pemda kebingungan menghadapi masalah setahun sekali ini, karena pertambahan penduduk di Indonesia yaitu 7% pertahun, jumlah yang fantastic buakan?.
Nah berhubung saya sudah jelaskan peristiwa –peristiwa ini, maka saya tutup makalah ini Saya sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna ,dengan gembira dan mengucap syukur kepada Tuhan YME, dan jika ada kata-kata dan kalimat yang salah dalam penulisannya dan perkataan saya mohon maaf.
REFERENSI
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/urbanisasi-pasca-lebaran/
premasai.wordpress.com/2007/10/.../urbanisasi-pasca-lebaran/ -
ramadhan.antaranews.com/.../laju-urbanisasi-pascalebaran-akan-meningkat -

Kamis, 18 Februari 2010

Ergonomika

Ergonomika atau (kurang tepat) ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dengan elemen-elemen lain dalam suatu sistem, serta profesi yang mempraktekkan teori, prinsip, data, dan metode dalam perancangan untuk mengoptimalkan sistem agar sesuai dengan kebutuhan, kelemahan, dan keterampilan manusia.
Ergonomi berasal dari dua kata bahasa Yunani: ergon dan nomos: ergon berarti kerja, dan nomos berarti aturan, kaidah, atau prinsip. Pendapat lain diungkapkan oleh Sutalaksana (1979): ergonomi adalah ilmu atau kaidah yang mempelajari manusia sebagai komponen dari suatu sistem kerja mencakup karakteristik fisik maupun nirfisik, keterbatasan manusia, dan kemampuannya dalam rangka merancang suatu sistem yang efektif, aman, sehat, nyaman, dan efisien.[rujukan?]
Bentuk kata sifatnya adalah ergonomis.
Antropometri (dari Bahasa Yunani άνθρωπος yang berati manusia and μέτρον yang berarti mengukur, secara literal berarti "pengukuran manusia"), dalam antropologi fisik merujuk pada pengukuran individu manusia untuk mengetahui variasi fisik manusia.
Kini, antropometri berperan penting dalam bidang perancangan industri, perancangan pakaian, ergonomik, dan arsitektur. Dalam bidang-bidang tersebut, data statistik tentang distribusi dimensi tubuh dari suatu populasi diperlukan untuk menghasilkan produk yang optimal. Perubahan dalam gaya kehidupan sehari-hari, nutrisi, dan komposisi etnis dari masyarakat dapat membuat perubahan dalam distribusi ukuran tubuh (misalnya dalam bentuk epidemik kegemukan), dan membuat perlunya penyesuaian berkala dari koleksi data antropometrik.
PSG dengan metode antropometri adalah menjadikan ukuran tubuh manusia sebagai alat menentukan status gizi manusia.[rujukan?] Konsep dasar yang harus dipahami dalam menggunakan antropometri secara antropometri adalah Konsep Dasar Pertumbuhan
Pertumbuhan secara gamblang dapat diartikan terjadinya perubahan sel tubuh dalam 2 bantuk yaitu 1) pertambahan sel dan 2) pembelahan sel, yang secara akumulasi perjadinya perubahan ukuran tubuh. Jadi pada dasarnya menilai status gizi dengan metode antropometri adalah menilai pertumbuhan. Hanya saja pertumbuhan dalam pengertian pertambahan sel memiliki batas waktu tertentu. Para pakar antropometri sepakat bawah pada umumnya pertumbuhan manusia dalam arti pertambahan sel akan berhenti pada usia 18-20 tahun, walaupun masih ditemukan sebelum 18 pertumbuhan sudah berhenti, dan sebaliknya setelah 20 tahun masih ada kemungkinan pertumbuhan masih berjalan.
Makhluk hidup, termasuk manusia makan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kebutuhan tubuh akan makanan dapat dideskripakn dari tri fungsi makanan itu sendiri yaitu :
• Sumber Tenaga
• Pertumbuhan
• Pemeliharaan
Sebagai sumber tenaga adalah karbohidrat, lemak dan protein, dalam urutan yang berbeda sebagai sumber energi. Pembakaran 1 gram karbohidrat menghasikan 4,1 kalori, protein 41 kalori dan lemak 9 kalori per gramnya. Namun lemak bukanlah sumber energi utama oleh karena untuk metabolisme lemak dibutuhkan kalori yang lebih tinggi untuk Specifik Dinamyc Action (SDA)nya.
Sebagai sumber zat pembangun adalah Protein, Lemak dan Karbohidrat. Sedangkan sebagai sumber zat pengatur adalah vitamin dan mineral.
Antropometri dapat dibagi menjadi 2 yaitu,
1. Antropometri Statis (struktural)
Pengukuran manusia pada posisi diam, dan linier pada permukaan tubuh.
1. Antropometri Dinamis (fungsional)
Yang dimaksud dengan antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya.
Hal-hal yang mempengaruhi dimensi antropometri manusia adalah sebagai berikut,
• Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderungan berkurang setelah 60 tahun.
• Jenis kelamin
Pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali bagian dada dan pinggul.
• Rumpun dan Suku Bangsa
• Sosial ekonomi dan konsumsi gizi yang diperoleh
Kondisi ekonomi dan gizi juga berpengaruh terhadap ukuran antropometri meskipun juga bergantung pada kegiatan yang dilakukan.
• Pekerjaan, aktivitas sehari-hari juga berpengaruh
• Kondisi waktu pengukuran